1. Pengujian
Kepatuhan (pengendalian intern/complience test) yaitu pengujian yang dilakukan oleh
auditor terhadap SPI (sistem pengendalian intern) yang diterapkan oleh
perusahaan. Tujuan SPI perlu di uji adalah untuk mengetahui SPI yang diterapkan
oleh suatu perusahaan bisa diandalkan atau tidak ataukah sudah kuat atau masih
lemah.
Contoh konkret :
2. Pengujian
Substantif yaitu pengujian yang dilakukan oleh auditor
terhadap masing-masing pos yang ada pada laporan keuangan. Setiap pos diuji
untuk menentukan tingkat kewajaran masing-masing pos dalam laporan keuangan.
Contoh konkret : pada akun
persediaan
- Mengamati penghitungan fisik sediaan
- Mendapatkan konfirmasi atas sediaan yang ditempatkan di lokasi luar
perusahaan
- Menguji transaksi sediaan di antara tanggal awal perhitungan fisik
sediaan dengan tanggal neraca.
- Me-review kartu sediaan, catatan produksi, catatan pembelian
sebagai petunjuk kegiatan yang bersangkutan dengan sediaan.
- Membandingkan sediaan dengan katalog penjualan sekarang dengan
laporan pengiriman barang
- Menggunakan Jasa spesialisasi untuk menguatkan sifat produk yang
khusus
Macam – macam resiko
kredit
1.
Risiko
Bawaan (Inherent Risk) menurut SPAP
adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah
saji yang material dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian intern yang terkait.
Contoh Dalam hal
melihat Integritas Manajemen Klien, Jika manajemen didominasi satu atau
beberapa orang yang integritasnya kurang, maka kemungkinan bahwa laporan
keuangan disalah sajikan akan lebih besar. Auditor mengambil risiko profesional
dan hukum yang besar jika mereka menerima penugasan dari klien yang
integritasnya kurang, dan banyak kantor Akuntan Publik tidak akan menerima
penugasan demikian.
Risiko
Pengendalian (Control Risk) adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang
dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara
tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini merupakan fungsi
efektivitas desain dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan
entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan entitas.
·
Prosedur-prosedur
yang digunakan untuk mendapatkan pemahaman mengenai struktur pengendalian
intern yang berhubungan dengan asersi-asersi. Seperti Mengidentifikasi
salah saji potensial yg dpt terjadi dalam asersi perusahaan dan Mengidentifikasi
pengendalian yang diperlukan dan yang diperkirakan akan mampu untuk mencegah
dan mendeteksi salah saji.
·
Prosedur-prosedur
yang digunakan untuk melakukan pengujian pengendalian. Seperti Melakukan
pengujian pengendalian terhadap pengendalian-pengendalian yang diperlukan untuk
menetapkan efektivitas rancangan & pengoperasiannya.
Risiko
Deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang
terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas
prosedur audit dan penerapannya oleh auditor.
Sebagai
contoh penggunaan prosedur yang lebih efektif akan menghasilkan tingkat risiko
deteksi yang lebih rendah dibandingkan pemakaian prosedur yang kurang
efektif. Demikian pula, pengujian
substantif yang dilakukan pada tanggal atau mendekati tanggal neraca, akan menghasilkan
risiko deteksi yang lebih rendah dibandingkan dengan pengujian substantif yang
dilakukan pada periode interim.
4.
Kuesioner Sistem Pengendalian Intern terhadap kas
dan bank (belum)
Kuesioner
Sistem Pengawasan Intern atas Kas
Elemen Sistem
Pengawasan Intern
|
Kuesioner
Sistem Pengawasan Intern
|
|
A.
Struktur Organisasi :
B. Sistem
Otorisasi :
1.
Penerimaan order
dari pembelian diotorisasi
oleh fungsi-fungsi penjualan
dengan
menggunakan formulir
faktur penjulan tunai.
2.
Penerimaan kas
diotorisasika oleh fungsi
kas dengan cara
membubuhkan cap
“lunas” pada faktur penjualan tunai dan menempelkan pita register kas pada faktur
tersebut.
3.
Penjualan dengan kartu kredit
bank didahului dengan permintaan otorisasi dari bank
penerbit kartu
kredit.
4.
Penyerahan barang
diotorisasi oleh fungsi
pengiriman dengan cara membubuhkan
cap “Sudah
diserahkan” pada faktur penjualan tunai.
5.
Pencatatan ke
dalam buku jurnal
diotorisasi oleh fungsi
akuntansi dengan cara memberikan tanda pada faktur penjualan
tunai.
C. Praktek Yang Sehat :
1. Faktur penjualan
tunai bernomor urut
tercetak dan pemakainnya
dipertanggung jawabkan oleh fungsi penjualan
2. Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke bank pada hari
yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari kerja berikutnya.
3. Penghitungan saldo
kas yang ada
di tangan fungsi
kas secara periodik
dan secara investigasi oleh
fungsi pemeriksaan intern. .
|
A
B. Sistem
Otorisasi :
1. Apakah
Penerimaan order dari
pembelian diotorisasi oleh
fungsi-fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjulan
tunai.
2. Apakah
Penerimaan kas diotorisasika oleh
fungsi kas dengan
cara membubuhkan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai dan menempelkan pita register kas pada faktur tersebut.
3. Apakah
Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan otorisasi dari
bank penerbit kartu kredit.
4. Apakah
Penyerahan barang diotorisasi
oleh fungsi pengiriman
dengan cara membubuhkan cap
“Sudah diserahkan” pada faktur penjualan tunai.
5. Apakah
Pencatatan ke dalam
buku jurnal diotorisasi
oleh fungsi akuntansi
dengan cara memberikan tanda
pada faktur penjualan tunai.
C. Praktek
yang sehat :
1.
Apakah Faktur
penjualan tunai bernomor
urut tercetak dan
pemakainnya dipertanggung
jawabkan oleh fungsi penjualan
2.
Apakah Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor seluruhnya ke bank pada hari
yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau hari kerja berikutnya.
3.
Apakah Penghitungan
saldo kas yang
ada di tangan
fungsi kas secara
periodik dan secara investigasi oleh fungsi pemeriksaan
intern.
|
5.
Program pengujian kepatuhan terhadap rek. Kas dan
bank (belum)
Program Pengujian Kepatuhan
Terhadap sistem pengendalian intern
atas Kas
A. Melakukan
pengamatan tentang:
1. Pemisahan
fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas.
2. Pemisahan
fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi.
3. Pemisahan
transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas,
fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi
4. Pemisahan
Penerimaan order dari
pembelian diotorisasi oleh
fungsi-fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjulan
tunai.
5. Pemisahan
Penerimaan kas diotorisasika
oleh fungsi kas
dengan cara membubuhkan
cap “lunas” pada faktur penjualan tunai dan menempelkan pita register kas pada faktur tersebut.
6.
Pemisahan Penjualan dengan kartu kredit
bank didahului dengan permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu
kredit.
7.
Pemisahan Penyerahan barang
diotorisasi oleh fungsi
pengiriman dengan cara membubuhkan cap “Sudah diserahkan” pada
faktur penjualan tunai.
8.
Pemisahan Pencatatan ke
dalam buku jurnal
diotorisasi oleh fungsi
akuntansi dengan cara memberikan tanda pada faktur penjualan
tunai
9.
Pemisahan Faktur penjualan
tunai bernomor urut
tercetak dan pemakainnya
dipertanggung jawabkan oleh fungsi penjualan
10. Pemisahan
Jumlah kas yang diterima dari penjualan
tunai disetor seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi
penjualan tunai atau hari kerja berikutnya.
11. Pemisahan
Penghitungan saldo kas
yang ada di
tangan fungsi kas
secara periodik dan
secara investigasi oleh fungsi pemeriksaan intern.
B. Pilih
sampel faktur Kas :
1. Periksa
pencatatan penjualan harus terpisah dari fungsi kas.
2. Periksa
kas harus terpisah dari fungsi akuntansi
3. Periksa
Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas,
fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi
4. Periksa
Penerimaan order dari
pembelian diotorisasi oleh
fungsi-fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjulan
tunai.
5. Periksa
Penerimaan kas diotorisasika
oleh fungsi kas
dengan cara membubuhkan
cap “lunas” pada faktur penjualan tunai dan menempelkan pita register kas pada faktur tersebut.
6. Periksa
Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan otorisasi dari
bank penerbit kartu kredit.
7. Periksa
Penyerahan barang diotorisasi
oleh fungsi pengiriman
dengan cara membubuhkan cap
“Sudah diserahkan” pada faktur penjualan tunai.
8. Periksa
Pencatatan ke dalam
buku jurnal diotorisasi
oleh fungsi akuntansi
dengan cara memberikan tanda pada
faktur penjualan tunai
9. Periksa
Faktur penjualan tunai
bernomor urut tercetak
dan pemakainnya dipertanggung jawabkan oleh fungsi penjualan
10. Periksa
Jumlah kas yang diterima dari penjualan
tunai disetor seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi
penjualan tunai atau hari kerja berikutnya.
11. Periksa
Penghitungan saldo kas
yang ada di
tangan fungsi kas
secara periodik dan
secara investigasi oleh fungsi pemeriksaan intern.
6.
Tujuan general audit terhadap rek. Piutang
·
Memperoleh keyakinan tentang ke-andalan
catatan akuntansi yang ber-kaitan dengan piutang usaha
·
Membuktikan keberadaan piutang usaha dan
keterjadian transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha.
·
Membuktikan kelengkapan transaksi dan
kelengkapan saldo piutang usaha
·
Membuktikan hak kepemilikan
·
Membuktikan kewajaran penilaian
·
Membuktikan
kewajaran penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca.
7.
Program pengujian substantive terhadap rek. Piutang
a. Prosedur
audit awal
Ø Lakukan
prosedur audit awal atas saldo akun yang akan diuji lebih lanjut
b. Prosedur
analitik
Ø Hitung
rasio
Ø Analisa
hasil prosedur analitik dengan harapan yang didasarkan pada data masa lalu,
data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain
c. Pengujian
terhadap transaksi rinci
Ø Periksa
sample transaksi yang tercatat ke dokumen yang mendukung timbulnya transaksi
tersebut
Ø Verifikasi
pisah batas (cut-off) transaksi
d. Pengujian
terhadap saldo akun rinci
Ø Konfirmasi
piutang
Ø Evaluasi
terhadap kecukupan akun Cadangan Kerugian Piutang Usaha yang dibentuk oleh
klien
e. Verifikasi
terhadap penyajian dan pengungkapan
Ø Bandingkan penyajian akun di neraca dengan prinsip
akuntansi diterima umum
Soal perhitungan :
PT, SANJAYA di Kediri menerima rekening koran Bak Rakyat
Indonesia per 30 Juni 2005 pada tanggal 2 Juli 2005 dengan salso debet untuk
PT, SANJAYA Rp 23,100,000.00, Perkiraan buku besar Bank per 30 Juli 2005
menunjukkan saldo kredit sebesar Rp 12,300,000.00, Sewaktu mengadakan
rekonsiliasi auditor menjumpai hal-hal sebagai berikut:
a. Penerimaan tanggal 30 Juli 2005 sebesar Rp 18,600,000.00 telah disetorkan ke
Bank. tetapi belum masuk dalam rekening Koran,
b. Cek yang masih beredar per 30 Juni 2005 sebesar Rp 2,500,000.00
c. Biaya Bank (atas adanya overdraft) sebesar Rp 1,000,000.00
d. Cek yang dibayarkan kepada PT SURYA sebesar Rp 5,600,000.00 dibukukan dalam
buku Bank sebesar Rp 6,4500,000.00
Diminta : Buatlah daftar rekonsiliasi Bank !
PT.
Sanjaya
Rekonsiliasi
Bank
Per
31 juli 2005
Saldo
mnurt bank 12.300.000
(+) setoran dalam perjalanan 18.600.000
30.900.000
(-) cek masih beredar (2500.000)
saldo yang seharusnya 28.400.000
|
Saldo
menurut PT 23.100.000
seharusnya ada pelunasan piutang
(-)
Kesalahan pencatatan (850.000)
(-) biaya bank (1.000.000)
saldo yang seharusnya 21.250.000
|
Cat
: seharusnya ada pelunasan piutang di bagian PT. Sebesar 7.150.000 agar mampu mencapai saldo 28.400.000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar