Audit 1
Accounting
: BP – jurnal – lc jur – TQ – financial statement
Bukti transaksi adjusment
Finansial
statement : alat untuk
1. Komunikasi
-
Terdapat 2 belah pihak
/ lebih
-
Adanya pemahaman antar
kedua pihak melalui bahasa
-
Fungsi komunikasi
antara pihak perusahaan dengan stakeholders
-
Harus adanya kriteria /
patokan antara kedua pihak yaitu SAK
-
SAK berfungsi untuk
memproses data laporan yang dimiliki untuk menjadi informasi keuangan
2. Tanggung
jawab dari manajement kepada pemilik saham ( investor ).
Matching of revenue and cost in period
concept yaitu mempertemukan pendapatan dan biaya pada periode tertentu.
Biaya masa lampau disebut historical
cost / harga perolehan sekarang berganti falt value.
Yang terpenting dari laporan keuangan
saat ini adalah laporan arus kas.
PABU ( Prinsip akuntansi berorientasi
umum )
–
pabu umum untuk eo
publik
–
ETAP ( etintas tanpa
akuntabilita publik ) untuk perusahaan
kecil
Auditor : seseorang / lembaga yang
independent untuk menilai suatu perusahaan telah membuat laporan keuangan
sesuai keadaan sebenarnya.
Manajemen di dalam perusahaan wajib
menggunakan SAK untuk mengolah bukti – bukti transaksi / menganalisis /
menginterprestasikan laporan keuangan.
Semua bukti wajib diperoleh dan
dikroschekkan, tidak boleh hanya salah satu.
Type bukti audit
1. Pengendalian
intern
2. Bukti
lisan adalah bukti yang diterima secara lisan dari pihak yang dianggap penting
oleh auditor. ( rekaman, dokumentasi tertulis ).
3. Bukti
fisik
Kelebihan : dapat
menunjukkan keberadaan aktiva
Kelemahan : jika hanya
mengandalkan bukti fisik saja, maka bisa tidak menjamin adanya kepemilikan.
1
Pos apapun yang berada di neraca di
audit untuk membuktikan
a.
Aktiva yang di audit
tersebut benar- benar ada ( existensi )
b.
Apapun bukti yang di
audit untuk memastikan pos – pos tersebut memang betuk betul milik perusahaan
didukung oleh bukti dokumenter atas aktiva tersebut.
4. bukti
dokumen. ( surat – surat berharga atas aktiva ) bukti transaksi.
5. Catatan
akuntansi
6. Perhitungan
yang dibuat oleh auditor
7. Perbandingan
/ rasio – rasio
Piutang xxx berkaitan dengan beban penghapusan piutang
Cadangan BB piutang xxx
Misal terjadi selisih 5% ( th t ) 15% (th t-1 )
8. Bukti
ahli (expert )
Ketika seorang audit
mengaudit sesuatu perusahaan yang bukan ahlinya misal auditor menggandeng ahli
dalam bidangnya.
9. Peristiwa
kemudian – masa demi masa tutup buku (31 des ) sampai selesai pekerjaan
lapangannya.
-
Auditor wajib mengaudit
mempublikasikan / mencantumkan hasil dari auditor meskipun laporan keuangan
tahun 2011 telah ditutup.
Bentuk
laporan keuangan
1. Standar =memuat pendapat akutan wajar tanpa catatan
/ bersyarat (unqualifleci opinion)
2. Tidak
standar =jika suatu laporan keuangan , akutan memuat suatu catatan / bersyarat
. qualified opinion, disclimer opinion , odverse opinion
3. Pendek
=laporan akutan yang hanya dilampiri laporan keuangan pokok yaitu laparan akutan + laporan keuangan pokok
4. Panjang
= laporan akutan yang dilengkapi dengan laporan keuangan yang lengkap yaitu
laporan akuntan + laporan keuangan lengkap .
Bagian laporan keuangan
1. Standar = -tanggal kapan lap tsb dikeluarkan , dan tanggal penyelesaian audit lapangan.
-
kepada siapa laporan
tsb ditujukan (pihak yang melakukan penugas terhadap auditor )
-
isi laporan keuangan
memuat alinia
alinia pertama
disebut alenia luas pemeriksaan /audit (objek audit)
alenia kedua
disebut alenia pendapat
audit yang
dilakukan dengan tuntang berkali-kali disebut audit intrim
audit yang
dilakukan diakhir tahun disebut audit akhir tahun.
Alenia pertama
(pemeriksaan) harus berdasarkan standart profesional Akutansi ,terdapat juga
kota pengujuan untuk mendukung pendapat wajar laporan keuangan dengan cara
sampling .
-)Alenia pendapat memuat lopini auditor .
-identitas atas kantor akutansi publik
yang memeriksa. dalam hal ini selalu
pemimpin akutansi publik yang disebut parthner meskipun tidak langsung
terjun ke lopangung tetapi itu memiliki tanggung jawab paling besar
-)
akutan dapat mengeluarkan opini ini setelah semua wajar .
2. tidak standar =alasan alasan yang
mendukung opini auditor yaitu ditempatkan pada tempat sebelum pendapat /setelah
alenia pendapat
Proses akutansi yang bersifat
konstruktif : Mengolah transaksi keuangan sehingga menjadi informasi keuangan
Proses
audit berawal dari laporan keuangan :
FSàTBàLàJàBP } hal disamping bersifat analistis
- Tujuan utama auditor adalah mencari nilai kewajiban bukan kesalahan , untuk itu maka auditor memerlukan SAK .
- Financial statemen (neraca , perubahan equiti, laporan arus kas , laporan laba rugi ) mrupakan pernyataan manajemen yang disebut asorsi
- Pemilihan pos pos pada laporan keuangan untuk mendukung analisis pernyataan audit.
2
Perbedaan akutansi dan audit .
Tujuan = akutansià laporan keuangan
=audit à
laporan akutansi : berisi pendapat akutan atas kewajaran Laporan keuangan
Proses audit sbb :
Proses pengumpulan dan penilaian , bukti –bukti audit oleh orang atau badan
yang obyektif Dan independent untuk menentukan kewajaran sesuai kriterian SAK.
-)definisi auditing berdasarkan
kedudukan pemeriksa
1.
audit internal = auditor yang merupakan
seorang pegawai didalam intansi tersebut.
2.
audit external = audit yang dilakukan pihak luar intansi /perusahaan yang audit
.
3.
auditor pemerintah = BPK, BPKP,irjen,bawasda /Prov/kab/kota.
-)objek dan tujuan
ü Pemeriksaan
laporan keuangan (financial statement audit) Yaitu pemeriksaan laporan keuangan
atau disebut (General audit) untuk mendapatkan Nilai kewajaran atas laporan
keuangan. Dilakukan kepada perusahaan guna memenuhi Persyaratan perusahaan 60
public
ü Audit
kepatuhan (compliance audit) Yaitu untuk menentukan apakah perusahaan tersebut
telah memenuhi kewajibanya atas Aturan yang berlaku misalnya mekanisme SSP (surat setaran pajak )
ü Audit
operasional (operational audit) Audit yang bersifat preview terhadap prosedur
dan sistim operasional yang telah diterapkan oleh perusahaan .
ü Special
audit ex Audit forensik 8 ditujukan untuk menemukan sebap sebap atas akibat
tertentu.
3
Bukti audit
Bukti cukup = jumlah bukti / kualitas buku
Kompeten
Bukti audit digunakan untuk mengaudit
Bukti audit dikumpulkan, diperiksa,
menilai = banyak sedikitnya bukti disesuaikan dengan kompetensi auditor yang
disesuaikan oleh pertimbangan ( kemahiran profesi ).
- Berdasarkan pada kondisi pengendalian intern
Kompetensi bukti
didasarkan pada kualitas bukti, kualitas bukti antara lain :
a. Bukti
yang berkualitas adalah bukti yang dibuat oleh pihak luar yang independen
Contoh bukti
yaitu pada kas
Kas Kas masuk – buku masuk pihak intern
Kas keluar – buku kas keluar
Lap . rekening dari bank – dibuat
pihak bank independen
- Catatan akuntansi dalam kondisi sistem pengendalian yang baik
Kualitas bukti lebih kuat apabila catatan akuntansi
dalam kondisi SP I yang kuat dari pada perusahaan pada kondisi SP I lemah.
Contoh :
- Bukti yang didapatkan oleh auditor secara langsung.
Bukti yang
diperoleh dari inspeksi, dari bukti yang tanpa konfirmasi.
Contoh : auditor
melakukan audit pada persediaan
Neraca
Rp 100 jt
4
Untuk memperoleh kewajaran akuntansi
maka auditor memerlukan bukti autentik, bukti biasanya didapatkan saat
observasi. Bukti akan lebih berkualitas apabila didapatkan secara langsung dari
pada dari pihak 3 / lain.
Norma pemeriksaan akuntan standart profesi
v Sistem
pengendalian intern ( internal control system ) = prinsip dasar seorang /
bagian tidak boleh merangkap dengan bagian penjualan harus melibatkan seluruh
bagian.
v Comitte
on audit prosedur ( ATCPA ) mendefinisikan struktur organisasi, prosedur, program,
alat2 sehingga dapat menjaga keamanan harta kekayaan perusahaan, menjaga
ketelitian data akuntansi, menjamin efisiensi, dipatuhinya semua kebijakan
manajemen.
Sistem pengendalian internal
-
Struktur organisasi =
menjaga keamanan harta kekayaan perus S.P akuntansi
-
Prosedur = ketelitian
data akuntansi
-
Progam = menjamin
efisiensi S.P Manajemen
-
Alat – alat = dipatuhinya
semua kebijakan manajemen
Dalam arti sempit sistem pengendalian
intern disebut juga internal check Adalah Suatu sistem yang diciptakan untuk
mengawasi bagian 1 dengan bagian lain secara otomatis.
Elemen sistem pengendalian intern :
- Struktur organisasi yang memisahkan tugas dan tanggung jawab serta wewenang yang memisahkan bagian 1 dengan bagian lain sehingga tidak terjadi tumpang tindih. Dibagi atas :
a. Pencatatan
– akuntansi
b. Penyimpanan
– kasir
c. Operasional
– penjualan, SPG
- Sistem otorisasi : adanya pihak berwenang yang melakukan otorisasi ( tanda tangan & nama terang).
- Praktek yang sehat = terletak nomor urut atas nota.
- Karyawan yang cakap
Dalam pelaksanaan audit pertama diaudit
adalah
- Sistem pengendalian intern = yaitu untuk memenuhi syarat atas norma pelaksanaan
a. Pemeriksaan
akuntansi pada standart kegiatan lapangan no 2
b. Untuk
menentukan jumlah sampel yang diperlukan untuk pemeriksaan
Unsur yang diaudit pada SPI
- Struktur organisasi
- Sistem otorisasi
- Praktek yang sehat
5
NORMA – NORMA PEMERIKSAAN AKUNTAN
Norma
– norma umum :
1. Pemeriksaan
harus dilaksanakan oleh seorang /orang – orang yang telah menjalani pendidikan
dan latihan yang cukup dalam bidang pemeriksaan akuntan dan memiliki keahlian
sebagai akuntan.
2. Dalam
segala hal yang berhubungan dengan tugasnya akuntan publik harus senantiasa
mempertahankan kebebasan sikap – mental
3. Dalam
melaksanakan pemeriksaan akuntan dan menyusun laporan akuntan, akuntan publik
wajib mempergunakan keahlian profesinya dengan seksama.
Norma
– norma pelaksanaan pemeriksaan akuntan :
1. Pemeriksaan
akuntan harus direncanakan sebaik – baiknya dan jika digunakan tenaga – tenaga
pembantu, mereka harus dipimpin serta diawasi dengan semestinya.
2. Sistem
pengendalian intern yang harus dipelajari dan dinilai secukupnya untuk
menentukan seberapa jauh sistem tersebut dapat diandalkan yang selanjutnya
dipakai sebagai dasar untuk menetukan luasnya pengujian – pengujian yang
dilakukan dengan mana prosedur – prosedur dapat dibatasi.
3. Bukti
– bukti yang cukup dan kompeten harus didapat melalui infeksi dan observasi
agar diperoleh dasar yang layak untuk menyatakan atas laporan keuangan yang
diperiksa.
Norma
– norma pelaporan
1. Laporan
akuntan harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan
prinsip – prinsip akuntansi yang layim.
2. Laporan
akuntan harus menyatakan apakah prinsip – prinsip akuntansi pada periode yang
berjalan telah diterapkan secara konsisten dibandingkan dengan penerapannya
pada periode sebelumnya.
3. Pengungkapan
– pengungkapan informative di dalam laporan keuangan harus dipandang cukup
memadai, kecuali dinyatakan lain didalam
laporan akuntan.
4. Laporan
akuntan harus memuat suatu pengutaraan pendapat mengenai laporan keuangan
sebagai suatu keseluruhan,atau memuat penjelasan yang semestinya apabila
pendapat tidak bisa diberikan, maka alasan - alasannyaharus dikemukakan.
Dalam segala hal dimana
nama akuntan publik dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan akuntan
harus memuat petunjuk yang jelas tentang sifat pemeriksaan yang dilakukannya,
jika ada dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
Risiko Audit
Risiko AuditAdalah risiko yang terjadi dalam
hal auditor tanpa disadari tidak
memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan
yang mengandung salah saji material. DSemakin besar keinginan auditor
menyatakan pendapat yang benar, Semakin rendah risiko audit yang akan bisa ia
terimajika diinginkan keyakinan 99%, maka risiko audit yangdapat diterima
adalah 1%.
6
Risiko audit terdiri dari 3 komponen, yaitu:
1. Risiko
Deteksi (Redection Risk)
(Detection Risk), adalah risiko bahwa auditor tidak
dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko
deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh
auditor. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu
auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian
lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan
transaksi tersebut telah diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu bisa
timbul karena auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai,
menerapkan secara keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara
keliru hasil audit. Ketidakpastian seperti ini dapat dikurangi sampai pada
tingkat yang dapat diabaikan melalui perencanaan dan supervisi memadai serta
pelaksanaan praktek audit yang sesuai dengan standar pengendalian mutu. Jadi
risiko deteksi sepenuhnya merupakan hasil dari keputusan pengujian yang
dilakukan oleh auditor. Makin besar nilaiRD makin besar kemungkinan audit tidak
dapat mendeteksi adanya kesalahan.
Jadi, berbeda dengan risiko inheren dan risiko
pengendalian, risikodeteksi sepenuhnya ditentukan oleh auditor. Dihubungkan
dengan pelaksanaan pengujian bukti dalam audit yang pada umumnya dilakukan
dengan pengambilan sampel atas populasi bukti yang diuji, RD terdiri dari:
Ø
Risiko
sampling yaitu risiko yang terjadi jika sampel yang diuji tidak mewakili
populasi (tidak representatif). Jadi risiko sampling berkaitan dengan metode
sampling yang digunakan oleh auditor. Untuk mengatasi terjadinya risiko
sampling, maka auditor harus merancang metode samplingnya sedemikian rupa agar
sampel mewakili populasi.
Ø
Risiko
non sampling yaitu risiko yang terjadi tanpa ada hubungannya dengan pelaksanaan
audit secara sampling. Risiko non sampling dipengaruhi oleh dua faktor,
kompetensi auditor dan prosedur audit yang dipilih. Auditor akan mengalami risiko deteksi atau
gagal menemukan kesalahan jika auditor yang ditugaskan melakukan pengujian
tidak kompeten, misalnya auditor tidak mengetahui kesalahan apa yang harus
ditemukan. Di samping itu, auditor juga dapat gagal menemukan kesalahan jika
prosedur audit yang digunakan salah.
Contoh Kasus :
Risiko deteksi juga dapat terjadi karena auditor
salah menetapkan langkah pengujiannya (prosedur audit). Sebagai contoh,
prosedur pengeluaran barang menetapkan bahwa setiap pengeluaran barang harus
didasarkan pada permintaan dari pihak yang akan menggunakan. Jadi dalam
pelaksanaan pengeluaran barang akan terdapat dua populasi bukti yang saling
terkait, bukti permintaan barang dan bukti pengeluaran barang. Dalam hal ini,
risiko deteksi dapat terjadi jika dalam melakukan pengujian auditor menetapkan
prosedur audit “periksa apakah atas setiap bukti permintaan barang terdapat
bukti pengeluaran barangnya!” Prosedur ini dipastikan tidak akan menemukan
kesalahan seperti kecurangan pihak gudang yang mengeluarkan barang walaupun
tidak ada permintaan dari pihak yang membutuhkan barang, karena jika ada
permintaan barang dapat dipastikan bagian gudang akan menerbitkan bukti
pengeluaran barang. Sebaliknya, jika prosedur audit yang ditetapkan adalah:
“periksa apakah atas setiap bukti pengeluaran barang terdapat bukti permintaan
barangnya!” maka prosedur ini mungkin akan dapat menemukan kecurangan bagian
gudang atas pengeluaran barang yang tidak didasarkan pada permintaan barang.
Dengan prosedur tersebut, jika seandainya bagian gudang melakukan kecurangan
mengeluarkan barang tetapi bukan untuk kepentingan perusahaan, maka akan dapat
ditemukan dari sampel pengeluaran barang yang
tidak ditemukan bukti permintaan barangnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka risiko deteksi
berhubungan dengan luasnya pengumpulan dan pengujian bukti yang harus dilakukan
auditor. Risiko deteksi yang rendah hanya dapat dicapai jika auditor melakukan
pengujian yang luas. Hal ini berarti bahwa risiko deteksi berbanding terbalik
dengan luasnya pengujian. Pemahaman mengenai model risiko audit tersebut akan
dapat membantu auditor dalam merancang luasnya pengujian agar auditor tidak
mengalami risiko audit (dalam arti audit menjadi tidak efektif), serta agar
audit dapat dilaksanakan secara efisien (dalam arti audit dapat menghindarkan
diri, melakukan perluasan pengujian yang tidak perlu).
7
2. Risiko
Pengendalian (Control risk)
Risiko Pengendalian (Control Risk) merupakan risiko
bahwa suatu salahsaji yang material yang akan terjadi dalam asersi tidak dapat
dicegah ataudideteksi secara tepat waktu
oleh pengendalian perusahaan. Risiko inimerupakan fungsi keefektifan
perancangan dan operasi pengendalianinternal dalam mencapai tujuan entitas yang relevan untuk menyusunlaporan
keuangan entitas. Beberapa risiko pengendalian akan selalu adakarena
keterbatasan yang melekat pada pengendalian internal.
Tujuan dari menilai risiko pengendalian adalah untuk
membantu auditor dalam membuat suatu pertimbangan mengenai risiko salah saji
yang material dalam asersi laporan keuangan. Risiko pengendalian, seperti
komponen lain dalam model risiko audit, dinilai dalam asersi laporan keuangan
individual. System akuntansi berfokus kepada pemrosesan transaksi, dan banyak
aktivitas pengendalian berhubungan dengan pemrosesan suatu jenis transaksi
tertentu.
Dalam membuat penilaian risiko pengendalian untuk
suatu asersi adalah penting bagi auditor untuk :
1.
Mempertimbangkanpengetahuan yang
diperolehdariproseduruntukmemperolehsuatupemahamanmengenaiapakahpengendalian
yang berhubungandenganasersitelahdirancangdanditerapkandalamoperasiolehmanajemenentitas
2.
Mengidentifikasikansalahsajipotensial yang dapatmunculdalamasersientitas
3.
Mengidentifikasikanpengendalian yang diperlukan yang
mungkinakanmencegahataumendeteksidanmemperbaikisalahsaji
4.
Melaksanakanpengujianpengendalianterhadappengendalian yang
diperlukanuntukmenentukanefektivitasrancangandanpengoperasiandaripengendaliantersebut
5.
Mengevaluasibuktidanmembuatpenilaian
Contoh Kasus :
Sebagai contoh, prosedur otorisasi oleh seorang
pejabat keuangan dimaksudkan untuk mencegah risiko bahwa pengeluaran kas telah
dibebankan pada mata anggaran yang sesuai. Setelah prosedur ini diuji
efektivitasnya, ternyata diketahui bahwa sebesar 30% pengeluaran kas telah
dibebankan pada mata anggaran yang keliru, maka dalam hal ini auditor perlu
menetapkan tingkat risiko pengendalian yang tinggi terhadap
terjadinya pengeluaran yang tidak sesuai anggaran.
3. Risiko
Bawaan / Melekat (Inherent risk)
Adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
pengendalian yang terkait (maksudnya bahwa risiko bawaan timbul dengan asumsi
pengedalian intern dalam perusahaan tidak ada. Jika sekiranya pengendalian
intern dalam perusahaan memadai serta efektif dalam pelaksanaannya dengan
sendirinya risiko bawaan akan dapat diminimalisasi). Risiko salah saji demikian
adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu
dibandingkan dengan yang lain. Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih
mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana.
Uang tunai dalam perusahaan lebih mudah dicuri daripada persediaan. Suatu akun
dalam laporan keuangan yang berasal dari estimasi akuntansi cenderung
mengandung risiko yang lebih besar dibandingkan dengan akun yang sifatnya
relatif rutin dan berisi data faktual. Perusahaan yang bergerak dalam bidang
industri yang memproduksi barang-barang hi-tech seperti misalnya handphone akan
lebih berisiko terjadinya penumpukan persediaan yang usang karena tidak sesuai
lagi dengan tuntutan pasar.
Risiko bawaan tidak dapat dirubah oleh penerapan
prosedur audit yang paling baik sekalipun. Risiko bawaan bervariasi untuk
setiap asersi. Sebagai contoh, asersi keberadaan dan keterjadian kas mempunyai
risiko bawaan yang lebih tinggi daripada aktiva tetap. Hal inji disebabkan uang
tunai merupakan suatu asset yang sangat rawan terhadap manipulasi, dan semua
orang berminat terhadap uang. Sedangkan aktiva tetap lebih jelas keberadaannya.
Risiko bawaan juga dibedakan atas risiko bawaan setiap akun dan risiko bawaan
keseluruhan untuk banyak akun. Berikut merupakan beberapa factor yang
menentukan risiko bawaan pada banyak akun:
1.
Profitabilitasperusahaansecara relative
dibandingkandenganperusahaanpadaumumnya.
Semakintinggiprofitabilitassuatuperusahaan, semakinkecilrisikobawaannya.
2.
Jenisusahadansensitivitasoperasi. Perusahaan
yagnbergerakpadabidangkeuanganlebihbesarrisikobawaannyadaripadaperusahaanekspedisikarenabidangkeuangansangat
sensitive terhadapperubahankursmatauang, danperubahantingkatsukubunga.
Olehkarenaitu, semakin sensitive operasiperusahaan,
semakintinggirisikobawaannya. Bidangusaha yang
sangatdipengaruhiperkembanganteknologi, dankompetiwsiusahanyaketat,
mengakibatkanrisikobawaan yang tinggi.
3.
Masalahkelangsunganusaha. Perusahaan yang sedangmengalamimasalahkebangkrutanmempunyairisikobawaan
yang tinggi.
4.
Sifat, penyebab, danjumlahsalahsaji yang dideteksidalam audit
tahunsebelumnya.
Risikobawaanperusahaanakandinilailebihtinggiapabilabanyaksalahsaji yang
terdeteksimelalui audit tahunsebelumnya.
5.
Integritas, erputasi, danpengetahuanakuntansidarimanajemen.
Semakinbaikintegritas, reputasi, danpengetahuantentangakuntansi yang
dimilikimanajemenklien, semakinkecilrisikobawannya.
Berikutinimerupakan factor yang
menentukanrisikobawaansuatuakuntertentu:
1.
Auditabilitasakunatautransaksi. Semakintinggitingkataktivitasakun,
semakinrendahrisikobawaanpadaakuntersebut.
2.
Kerumitanmasalahakuntansiterkait.
Masalahakuntansiterkaitmeliputimasalahpengekuandankerumitanpenilaianakun.
Masalahakuntansi yang rumitakanmeningkatkanrisiko audit.
3.
Sifat, penyebab, danjumlahsalahsaji yang dideteksidalam audit
tahunsebelumnya.
Risikobawaanperusahaanakandinilailebihtinggiapabilabanyaksalahsaji yang
terdeteksimelalui audit tahunsebelumnya.
Contoh kasus :
Sebagai contoh, kegiatan penyimpanan obat di rumah
sakit memiliki risiko inheren yang lebih tinggi terhadap kehilangan, daripada
kegiatan penyimpanan blanko formulir pencatatan data pasien. Hal ini karena
obat mempunyai kemungkinan yang lebih besar (atau dengan kata lain lebih
berisiko) untuk dicuri serta rusak karena penyimpanan dibandingkan dengan
blangko formulir data pasien. Di samping itu, hilang atau rusaknya obat akan
mengakibatkan kerugian yang lebih besar dibandingkan dengankerugian akibat
hilangnya blangko formulir data pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar