BAB I
AKUNTANSI
MANAJEMEN
Akuntansi Manajemen adalah kegiatan/proses
yang menghasilkan informasi-informasi
keuangan bagi manajemen untuk pengambilan keputusan internal perusahaan
Pihak Internal (Decision
making/pembuatan keputusan untuk manajer) ruang lingkup:
• Menentukan target penjualan
• Menentukan laba perusahaan
• Menambah/mengurangi jenis produk
• Membuat sendiri/membeli bahan baku
• Menyewakan/menjual fasilitas perusahaan
• Penggantian aktiva tetap
Tipe dan Manfaat Informasi Akuntansi
1. Full Accounting Information
• Informasi tentang semua biaya langsung dan tak
langsung yang dibebankan pada obyek biaya tertentu
• Penyusunan laporan keuangan, menganalisis prestasi
manajer, menentukan harga jual produk, penyusunan perencanaan jangka panjang
2. Differential Accounting Information
• Informasi tentang taksiran pendapatan, biaya, atau
aktiva yang berbeda jika suatu tindakan tertentu dipilih
• Tidak menyajikan informasi masa lalu karena tipe
informasi ini digunakan untuk pemilihan alternatif tindakan
3. Responsibility Accounting Information
• Informasi tentang biaya yang menjadi wewenang dan
tanggung jawab unit-unit organisasi
•
Menganalisis prestasi manajer pada tiap SBU,
digunakan untuk kegiatan perencanaan tahunan
Faktor-faktor
|
Akt. Keuangan
|
Akt. Manajemen
|
Pemakai Informasi
|
Pihak eksternal perusahaan
|
Pihal internal perusahaan
|
Dasar penyusunan
Informasi
|
Prinsip akuntansi yang diterima secara umum
|
Tidak terikat oleh prinsip akuntansi
|
Fokus Informasi
|
Perusahaan secara keseluruhan
|
Bagian-bagian didalam perusahaan
|
Orientasi Informasi
|
Data masa lalu
|
Data masa lalu dan yang akan datang
|
Tipe Informasi
|
Informasi moneter
|
Informasi moneter dan non moneter
|
Ketepatan Informasi
|
Data yang disajikan lebih tepat
|
Lebih ditekankan pada ketepatan waktu
|
Persamaan akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen
• Keduanya merupakan tipe informasi akuntansi
• Data yang didunakan untuk menyusun berasal dari informasi operasi
BAB II
BIAYA DAN POLA
PERILAKUNYA PENENTUAN BIAYA
Biaya adalah
nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat
sekarang atau masa depan.
Pembagian
biaya berdasarkan sifat dan keterkaitannya dengan volume
produksi:
1) Biaya Tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran
perubahan volume kegiatan tertentu (range of capacity). Biaya tetap dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi&metode serta strategi manajemen.
Macam-macam biaya tetap:
s Commited Fixed Cost
Sebagian
besar berupa biaya tetap yang timbul dari pemilikan pabrik, ekuipmen, dan
organisasi pokok.
Contoh
: biaya depresiasi, PBB,
sewa, asuransi dan gaji karyawan utama.
s Descretionary Fixed Cost
Biaya
ini timbul dari keputusan penyediaan anggaran secara berkala (biasanya tahunan)
yang secara langsung mencerminkan kebijakan manajemen puncak mengenai jumlah
maksimum biaya yang diizinkan untuk dikeluarkan.
Contoh
: biaya riset dan pengembangan, biaya promosi penjualan, biaya program latihan
karyawan, biaya konsultas.
2) Biaya
Variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara
proporsional / sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan (tetap) ada karena perubahan volume kegiatan.
Macam-macam biaya
variabel:
Engineered Variable Cost
Engineered
Cost adalah biaya yang memiliki hubungan fisik tertentu dengan ukuran kegiatan tertentu.
Merupakan
biaya yang antara masukan dan keluarannya mempunyai hubungan erat dan nyata.
Contoh
: biaya bahan baku.
Discretionary Variable Costs
Yakni
biaya yang masukan dan keluarannya memiliki hubungan yang erat namun tidak
nyata (bersifat artifisial).
Jika
keluaran berubah maka masukan akan berubah sebanding dengan perubahan keluaran
tersebut. Namun jika masukan berubah, keluaran belum tentu berubah dengan
adanya perubahan masukan tersebut.
Contoh
biaya iklan.
3) Biaya Semivariabel adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan variabel di dalamnya. Memiliki sifat perubahan/pola perilaku/besar kecilnya/tingkat
sensitifitasnya dipengaruhi oleh perubahan volume produksi/kegiatan tetapi
tidak secara proporsional.
Persamaan fungsi biaya
Biaya total = biaya tetap total + biaya variabel
total
Biaya total = biaya tetap total + (biaya variabel
per unit x volume kegiatan)
Rumus = Y.a + b.x
Y = biaya total
X = volume kegiatan
a = biaya tetap total
b = biaya varibel total
Penentuan pola perilaku biaya:
1. Pendekatan Institusi Manajemen
2. Pendekatan Analisis Enjinering
3. Pendekatan Analisis Data Biaya Masa Lalu
Metode untuk menentukan Pola
Perilaku Biaya dengan Analisa Perilaku Biaya Masa Lalu
1.
High and Low Point Method
Tarif
Biaya Variabel = Selisih
Total Biaya
Selisih
Tingkat/volume Kegiatan
Contoh Soal:
PT. Makmur Kencana ingin mengetahui pola perilaku
biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap selama 5 bulan di tahun 2009
dengan data sebagai berikut:
Bulan
|
Vol. Kegiatan (X)
|
Biaya Reparasi &
Pemeliharaan (Y)
|
Januari
|
150
|
Rp. 175.000
|
Februari
|
250
|
Rp. 225.000
|
Maret
|
300
|
Rp. 250.000
|
April
|
225
|
Rp. 212.000
|
Mei
|
100
|
Rp. 150.000
|
Total
|
1.025
|
Rp1.012.000
|
|
Bulan
|
Vol. Kegiatan
|
Biaya Rep. & Pemlh.
|
Keterangan
|
Maret
|
300
|
Rp. 250.000
|
Nilai tertinggi
|
Mei
|
100
|
Rp. 150.000
|
Nilai terendah
|
|
200
|
Rp. 100.000
|
Selisih nilai
|
|
|
|
|
|
Menentukan biaya variabel per unit (b) :
b = Rp 100.000 = Rp 500/ unit
200
Menentukan biaya tetap total (a) :
Total
Biaya (Y) tertinggi Rp 250.000
Total
Biaya Variabel (Rp 500 x 300) (Rp
150.000)
Biaya Tetap Total Rp 100.000
v Fungsi
Biaya Reparasi & Pemeliharaan : Y = 100.000 + 500 . X
2.
Stand by Cost
Penentuan unsur biaya tetap dilakukan dengan
menghentikan sementara kegiatan perusahaan untuk mengetahui besarnya biaya yang
ditanggung perusahaan jika kegiatannya terhenti.
Contoh Soal:
Biaya listrik pada tingkat produksi 100.000 unit
adalah Rp. 1.200.000. sedangkan biaya listrik yang harus dibayar pd saat
produksi dihentikan adalah Rp. 800.000. dari data tersebut, penentuan pola
perilaku biaya listrik adalah sebagai berikut :
Vol. Produksi
|
Biaya
|
Keterangan
|
100.000
|
Rp. 1.200.000
|
Total biaya
|
0
|
(Rp. 800.000)
|
Stand By cost
|
100.000
|
Rp. 400.000
|
Selisih (biaya variable)
|
} Biaya tetap (a) = Rp. 800.000
Biaya
Variabel per unit (b) = Rp 400.000 : 100.000 unit = Rp 4 /unit
v Fungsi
Biaya Listrik :Y = 800.000 + 4.X
3.
Least-Square Method
Penentuan pola
perilaku biaya menurut metode ini adalah menentukan total biaya tetap dan biaya
variabel per unit dengan rumus :
Contoh Soal :
Gaji petugas penjualan dan volume penjualan selama
semester pertama tahun 2010 adalah sebagai berikut :
PERTEMUAN III
ANALISIS HUBUNGAN BIAYA, VOLUME, DAN LABA
Jumlah laba yang berhasil diperoleh perusahaan
merupakan indikator dari keberhasilan perusahaan tersebut. Ruang lingkup akuntansi manajemen diketahui ada 3 faktor yang dapat
mempengaruhi besarnya laba, yaitu biaya, harga jual dan volume (volume produksi
dan
volume penjualan)
Keterkaitan
antara biaya, volume, dan laba
Biaya yang timbul/yg harus di tanggung oleh perusahaan
dalam mengolah/memproduksi suatu produk/jasa
akan mempengaruhi harga jual produk/jasa tersebut. Biaya yang besar
mengharuskan perusahaan menetapkan harga jual produk yang tinggi untuk menutup
biaya tersebut.
Harga jual produk yang tinggi akan mempengaruhi volume
penjualan.
Konsumen sangat selektif dalam memilih produk yang
dikonsumsinya sesuai dengan kemampuan keuangannya. Kalau produk pesaing
menetapkan harga yang lebih rendah dari harga jual produk kita, maka otomatis
volume penjualan kita tidak dapat mencapai target. Besarnya volume penjualan akan mempengaruhi volume produksi pada periode
berikutnya.
Apabila perusahaan tidak dapat menjual produknya
sesuai target maka akan menimpulkan penumpukan barang, sehingga pada periode
berikutnya volume produksi akan dikurangi. Pada gilirannya, volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya biaya
produksi yang harus ditanggung perusahaan. Ketika volume
produksi sedikit, maka kemungkinan memperoleh laba juga akan kecil.
Rumus keterkaitan antara Biaya, Volume, dan Laba
Laba = Pendapatan Penjualan –
Biaya Variabel – Biaya Tetap
Laba = (Harga x Jumlah Unit
Terjual) – (Biaya Variabel perunit x Jumlah Unit Terjual) – Total Biaya Tetap
Total Revenue (TR) = biaya + Laba = (FC + VC) + laba
Faktor-faktor yg mempengaruhi besarnya laba dengan memperhitungkan
pendekatan :
Pendekatan 1 : Analisis Titik Impas (Break Even Analysis)
Yaitu
perusahaan harus menentukan/menghitung/menetapkan
terlebih dulu sebuah angka yang menunjukkan sebuah besaran kuantitas/jumlah produksi
yang harus diproduksi dan dijual yang menunjukkan pada titik/kondisi tsb, perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian.
Berdasarkan analisis ini, perusahaan dapat mengetahui
jumlah penjualan minimum yang harus dicapai (dalam unit produksi maupun satuan
uang) agar perusahaan tidak menderita kerugian.
Asusmi BEP
1. Harga jual perunit tidak berubah ubah pada berbagai volume penjualan
2. Perusahaan berproduksi pada jarak kapasitas yang konstan
3. Biaya dipisahkan menjaddi biaya tetap dan biaya variabel
4. Tidak memperhitungkan jumlah persediaan awal dan akhir
5. Jika perusahaan menjual lebih darri satu macam produk, komposisi produk
yang dijual dianggap tidak berubah
Metode untuk menentukan
titik impas:
1. Metode aljabar
Persamaan aljabar :
Penghasilan Total = Biaya
Total
Atau Penghasilan Total = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel Total
Contoh PT. RAJAWALI
Harga jual per unit produk =
Rp. 30.000
Biaya Variabel per unit produk =
Rp. 16.500
Total Biaya Tetap per tahun =
Rp.148.500
Maka perhitungan
titik impasnya adalah
Sehingga, perusahaan harus menjual produknya sebanyak
11 unit atau senilai Rp. 330.000 agar perusahaan
tidak menderita rugi
Pendekatan 2 : Marjin Kontribusi
Adalah
selisih antara pendapatan penjualan dengan total biaya
variabelà besaran untuk menutup biaya tetap dan memberikan keuntungan perunit
= (harga jual . unit) – (VC . unit)
Sesuai dengan contoh kasus diatas, jika ditentukan perusahaan menjual
produk sebanyak 15 unit, maka marjin kontribusinya adalah
Marjin Kontribusi = (30.000 . 15) – (16.500 .
15) = Rp. 202.500
•
Margin Contribusi dapat dinyatakan dalam suatu persentase
dari pendapatan penjualan
RMC (Rasio Margin
Contribusi) = Margin Kontribusi x
100%
Penjualan
v Semakin tinggi RMC semakin baik
v Semakin tinggi/besar marjin kontribusi, maka kemampuan perusahaan untuk
menutup biaya tetap sangat besar, sehingga perusahaan akan memperoleh laba yang
besar.
Pendekatan 3 : Marjin Keamanan / Margin Of Safety (MOS)
Rasio
MOS = MOS x 100%
Penjualan
|
|
Margin
Pengaman/MOS = Penjualan – BEP
|
|
Kelebihan penjualan yang dianggarkan di atas volume
penjualan impas à seberapa banyak
penjualan boleh turun sebelum perusahaan menderita kerugian. Menunjukkan tingkat resiko mendapatkan kerugian jika terjadi kenaikan titik
impas akibat suatu kondisi
PT RAJAWALI
|
|
Jumlah
|
%
|
Penjualan
Biaya Variabel
|
Rp 450.000
Rp 247.500
|
100
55
|
Margin Kontribusi
Biaya Tetap
|
Rp 230.000
Rp 148.500
|
45
|
Laba Bersih
|
Rp 54.000
|
|
Titik Impas = Rp 148.500 : (1-16.500 : 30.000)
MOS = Rp 450.000 – Rp 330.000
Persentase MOS = Rp 120.000 : Rp 450.000 x 100%
|
Rp 330.000
Rp 120.000
|
27%
|
Analisis biaya, volume, dan laba thd perubahan harga jual perunit
Perubahan harga jual produk akan mempengaruhi volume penjualan dan laba
perusahaan.
Sesuai contoh kasus pada PT. RAJAWALI, harga jual per unit dari semua Rp. 30.000 menjadi Rp. 32.000, jika volume
penjualan tetap 15 unit. Maka akan mempengaruhi laba perusahaan dari Rp. 55.000
menjadi :
Rp. 32.000 (15) = Rp. 148.500 + Rp. 16.500 (15) + Laba
Laba = Rp. 480.000 – (148.000 + 247.500)
Laba = 84.000 => laba meningkat.
Tetapi jika perusahaan tetap menginginkan laba sebesar Rp. 55.000, maka
akan mempengaruhi volume penjualan menjadi:
32.000 (x) = 148.500 + 16.500 (x) + 55.000
15.500 (x) = 203.500
x = 13 unit.
Analisis biaya, volume, dan laba thd perubahan volume penjualan
Perubahan volume penjualan akan mempengaruhi total biaya dan laba
perusahaan
Sesuai dengan contoh kasus PT. Rajawali, dengan meningkatkan volume
penjualan dari 15 unit menjadi 25 unit, dengan harga jual sebesar Rp. 30.000.
maka total biaya dan laba perusahaan berubah menjadi:
Rp. 30.000 (15) = Rp. 148.500 + Rp. 16.500 (15) + LABA
LABA = Rp. 450.000 – Rp. 396.000
LABA = Rp. 54.000 berubah menjadi
Rp. 30.000 (25) = Rp. 148.500 + Rp. 16.500 (25) + LABA
LABA = Rp. 750.000 – Rp. 561.000 = Rp.
189.000
Analisis biaya, volume, dan laba thd perubahan biaya variabel per unit
Perubahan biaya variabel per unit akan mempengaruhi total biaya dan laba
perusahaan
Sesuai dengan contoh kasus PT. RAJAWALI, apabila volume produksi tetap
sebesar 15 unit, sedangkan biaya variabel per unit naik dari Rp. 16.500 menjadi
Rp. 20.000, maka total biaya dan laba akan berubah menjadi:
Rp. 30.000 (15) = Rp. 148.500 + Rp. 16.500 (15) + LABA
LABA = Rp. 450.000 – Rp. 396.000
LABA = Rp. 54.000 berubah menjadi
Rp. 30.000 (15) = Rp. 148.500 + Rp. 20.000 (15) + LABA
LABA = Rp. 450.000 – Rp. 448.500 = Rp
1.500
Terjadi juga kenaikan total biaya dari Rp. 396.000 menjadi
Rp. 448.500, dengan
penurunan laba sebesar Rp. 52.500
Analisis biaya, volume, dan laba thd perubahan biaya tetap
Perubahan biaya tetap akan mempengaruhi total biaya&laba. Tetapi tdk mempengaruhi MC.
Sesuai dengan contoh kasus PT. RAJAWALI, apabila volume produksi sebesar
15 unit, sedangkan biaya tetap naik dari Rp. 148.500 menjadi Rp. 150.000, maka
total biaya dan laba akan berubah menjadi:
Rp. 30.000 (15) = Rp. 148.500 + Rp. 16.500 (15) + LABA
LABA = Rp. 450.000 – Rp. 396.000
LABA = Rp. 54.000 berubah menjadi
Rp. 30.000 (15) = Rp. 150.000 + Rp. 16.500 (15) + LABA
LABA = Rp. 450.000 – Rp. 397.500 = Rp
52.500
Terjadi juga kenaikan total biaya dari Rp. 396.000 menjadi
Rp. 397.500, dengan
penurunan laba sebesar Rp. 1.500
Perubahan
komposisi produk
Analisis biaya-volume-laba digunakan untuk perusahaan yang memproduksi/menjual macam produk. Akan
berakibat sebagai berikut :
1. Ketika perubahan komposisi produk mengakibatkan penurunan laba
perusahaan, maka nilai impas dalam satuan uang akan naik, dan terjadi penurunan
rasio marjin kontribusi.
2. Ketika perubahan komposisi produk mengakibatkan kenaikan laba
perusahaan, maka nilai impas dalam satuan uang akan turun, dan terjadi kenaikan
rasio marjin kontribusi.
Perencanaan
laba dan pajak penghasilan
Perhitungan yang dilakukan dimuka, didasarkan atas laba sebelum memperhitungkan
pajak penghasilan (EBIT). Padahal pajak juga merupakan faktor yang harus pula
diperhitungkan. Untuk mengetahui laba setelah perhitungan pajak (EAT), dapat digunakan
rumus:
Laba sebelum Pajak yang diinginkan = Laba setelah Pajak yang diinginkan
1 – tarif pajak
BAB IV
ACTIVITY BASED COSTING (ABC)
& ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)
Activity Based Costing
(ABC) atau Biaya berbasis aktivitas
ABC merupakan sistem penentuan biaya yg membebankan
biaya ke objek biaya seperti produk/jasa berdasarkan
aktivitas yg mengkonsumsi sumber daya.
Aktivitas ini dapat berupa kejadian, tugas, atau unit
kerja yang memiliki tujuan tertentu. Jadi, dengan sistem ABC biaya akan
dihitung pada masing-masing aktivitas dan dibebankan ke objek biaya berdasarkan
konsumsi dari aktivitas yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk atau jasa.
ABC adalah suatu sistem informasi akuntansi yang
mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan
mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari
aktivitasnya. ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan
aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang
bersangkutan.
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan
manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya
dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini
didorong oleh:
o
Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan
untuk cost effective
o
Advanced manufacturing technology yang menyebabkan
proporsi biaya overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary
cost.
o
Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market
driven strategy
ABC memusatkan perhatiannya pada biaya tidak langsung
(indirect cost). Hal ini karena biaya tidak langsung merupakan biaya
yang sulit untuk ditelusuri terhadap objek biaya. Sementara biaya langsung
dapat dengan mudah ditelusuri ke objek biaya.
Dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya tidak
langsung tersebut disebut drivers.
Sebuah driver sumber daya (resource driver) adalah sebuah dasar yang
dipakai untuk mengalokasikan biaya sumber daya ke aktivitas-aktivitas yang
berbeda. Driver aktivitas (activity driver) adalah sebuah dasar yang
dipakai untuk mengalokasikan biaya aktivitas ke produk, pelanggan, atau objek
biaya akhir.
Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:
• Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya
pada tahap produksi.
• Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja
langsung atau hanya dengan volume produksi.
• Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya
overhead yang berbeda beda.
• Suatu keterbatasan dari sistem penentuan biaya tradisional adalah
mengalokasikan biaya tidak langsung dengan menggunakan tarif tunggal atau
berbasis volume. Kenyataannya banyak biaya tidak langsung yang tidak berbasis
volume, sehingga dapat mengakibatkan distorsi dalam penentuan biaya produk. ABC
membantu dalam mengurangi masalah tersebut.
ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)
ABM adalah
pendekatan untuk keseluruhan sistem yang terintegrasi dan berfokus pada
perhatian manajemen atas berbagai aktifitas dengan tujuan meningkatkan nilai
bagi pelanggan dan laba yang dicapai dengan mewujudkan yang dicapai ini.
Salah satu informasi yang
dibutuhkan oleh manajemen adalah mengenai keberadaan biaya- biaya, beban- beban, tanggungan- tanggungan yang disediakan oleh ABC.
ABM memiliki 2 dimensi: dimensi biaya dan
dimensi proses.
Dimensi biaya memberikan informasi biaya mengenai
sumber daya, aktifitas, dan obyek biaya yang menjadi perhatian, seperti produk,
pelanggan, pemasok, dan saluran distribusi untuk memperbaiki akurasi pembebanan
biaya. (disediakan oleh ABC)
Dimensi proses memberikan informasi mengenai aktifitas
apa saja yang dilakukan, mengapa harus dilakukan, dan seberapa baik aktifitas2
tersebut dilakukan, untuk mengurangi biaya, pemborosan, melakukan perbaikan
berkelanjutan. (Disediakan oleh PVA)
ABM IMPLEMENTATION MODEL
KINERJA AKTIVITAS
•
Dievaluasi menggunakan tiga dimensi :
–
Efisiensi : menghasilkan output aktifitas yang sama
dengan input yang lebih rendah
–
Kualitas : mengeliminasi waste, pemborosan, dan non
value added activity
–
Waktu : berkaitan dengan siklus produksi, semakin lama
waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi, semakin banyak sumber daya yang
dibutuhkan.
•
Ukuran kinerja kualitas
–
Balanced scorecard
–
Standar Kaizen (plan, do, check, act)
–
Six sigma, dll.
BAB V
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK
Pihak
manajemen perusahaan perlu membuat kebijakan yang mengacu pada terciptanya
efisiensi dan efektivitas kerja agar Perusahaannya ingin berkembang dan terus
menjaga kelangsungan hidupnya. Kebijakan tersebut dapat berupa penetapan harga
pokok produksi, yaitu dengan cara menekan biaya produksi serendah mungkin dan
tetap menjaga kualitas dari barang atau produk yang dihasilkan, sehingga harga
pokok produk satuan yang dihasilkan perusahaan lebih rendah dari yang
sebelumnya. Kebijakan ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk menetapkan
harga jual yang tepat dengan laba yang ingin diperoleh perusahaan, sehingga
perusahaan tersebut dapat bersaing dengan perusahaan–perusahaan lain yang
memproduksi produk sejenis. Hal ini tentunya tidak terlepas dari tujuan
didirikannya perusahaan yaitu agar modal yang ditanamkan dalam perusahaan dapat
terus berkembang atau dengan kata lain mendapatkan laba semaksimal mungkin. Kesalahan
dalam perhitungan harga pokok produksi dapat mengakibatkan penentuan harga jual
pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Kedua
kemungkinan tersebut dapat mengakibatkan keadaan yang tidak menguntungkan bagi
perusahaan, karena dengan harga jual yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan
produk yang ditawarkan perusahaan akan sulit bersaing dengan produk sejenis
yang ada di pasar, sebaliknya jika harga jual produk terlalu rendah akan mangakibatkan laba yang
diperoleh perusahaan rendah pula. Kedua hal tersebut dapat diatasi dengan
penentuan harga pokok produksi dan harga jual yang tepat.
Adalah cara untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok
produksi.
Memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok
produksi:
1.
Metode Full Costing
Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan
semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik baik
yang berperilaku variabel maupun tetap.
Pendekatan full costing biasa dikenal sebagai pendekatan tradisional menghasilkan
laporan laba rugi dimana biaya-biaya di organisir dan sajikan berdasarkan
fungsi-fungsi produksi, administrasi dan penjualan. Laporan laba rugi yang
dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan untuk memenuhi pihak luar
perusahaan, oleh karena itu sistematikanya harus disesuaikan dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menjamin informasi yang tersaji dalam
laporan tersebut.
2.
Pendekatan Variabel Costing
Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik variabel.
Biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok
adalah biaya produksi variabel yang terdiri dari biaya BB, BTK dan BOP
variabel. Biaya-biaya produksi tetap dikelompokkan sebagai
biaya periodik bersama-sama dengan biaya tetap non produksi.
Pendekatan variabel costing di kenal sebagai contribution
approach merupakan suatu format laporan laba rugi yang mengelompokkan biaya
berdasarkan perilaku biaya dimana biaya-biaya dipisahkan menurut kategori biaya
variabel dan biaya tetap dan tidak dipisahkan menurut fungsi-fungsi produksi,
administrasi dan penjualan.
Dalam pendekatan ini biaya-biaya berubah sejalan
dengan perubahan out put yang diperlakukan sebagai elemen harga pokok
produk. Laporan laba rugi yang dihasilkan dari pendekatan ini banyak digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pihak internal oleh karena itu tidak harus disesuaikan
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Perbedaan full costing dg variabel costing
FULL COSTING
|
VARIABLE
COSTING
|
|
•
Dimasukkan
unsur biaya produksi karena masih berhubungan dengan pembuatan produk
berdasar tarif (budget), sehingga apabila produksi sesungguhnya berbeda
dengan budgetnya maka akan timbul kekurangan atau kelebihan pembebanan.
•
Unsur biaya terdiri
dari BBB, BTKL
dan BOP yang
sifatnya tetap maupun variable.
•
Perhitungan harga pokok
produksi dan penyajian laporan laba rugi didasarkan pendekatan “fungsi”.
Sehingga apa yang disebut sebagai biaya produksi adalah seluruh biaya
yang berhubungan dengan fungsi produksi, baik langsung maupun tidak langsung,
tetap maupun variabel.
•
Perhitungan laba rugi
menggunakan istilah laba kotor (gross profit), yaitu kelebihan penjualan atas
harga pokok penjualan.
•
Biaya periode diartikan
sebagai biaya yang tidak berhubungan dengan biaya produksi, dan biaya ini
dikeluarkan dalam rangka mempertahankan kapasitas yang diharapkan akan
dicapai perusahaan, dengan kata lain biaya periode adalah biaya operasi.
•
Biaya overhead tetap
diperhitungkan dalam harga pokok, sedangkan dalam variabel costing biaya
tersebut diperlakukan sebagai biaya periodik. Oleh karena itu saat produk
atau jasa yang bersangkutan terjual, biaya tersebut masih melekat pada
persediaan produk atau jasa.
|
•
Memperlakukan
biaya produksi tidak langsung tetap bukan sebagai unsur harga pokok produksi,
tetapi lebih tepat dimasukkan sebagai biaya periodik, yaitu dengan
membebankan seluruhnya ke periode dimana biaya tersebut dikeluarkan sehingga
dalam variabel costing tidak terdapat pembebanan lebih atau kurang.
•
Unsur biaya terdiri dari BBB, BTKL
dan BOP yang
sifatnya variabel saja&tidak
termasuk biaya overhead pabrik tetap.
•
Menggunakan pendekatan
“perilaku”, artinya perhitungan harga pokok dan penyajian dalam laba rugi
didasarkan atas perilaku biaya. Biaya produksi dibebani biaya variabel saja,
dan biaya tetap dianggap bukan biaya produksi.
•
Biaya periode adalah biaya
yang setiap periode harus tetap dikeluarkan atau dibebankan tanpa dipengaruhi
perubahan kapasitas kegiatan. Dengan kata lain biaya periode adalah biaya
tetap, baik produksi maupun operasi. Biaya tersebut
langsung diakui sebagai biaya pada saat terjadinya.
•
Menggunakan istilah marjin
kontribusi (contribution margin), yaitu kelebihan penjualan dari biaya-biaya
variabel.
|
|
Kelemahan
Full Costing
|
Kelemahan
Variabel Costing
|
• Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja
langsung atau hanya dengan volume produksi.
• Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya
overhead yang berbeda beda.
• Mengalokasikan biaya tidak langsung dengan menggunakan tarif tunggal
atau berbasis volume. Kenyataannya banyak biaya tidak langsung yang tidak
berbasis volume, sehingga dapat mengakibatkan distorsi dalam penentuan biaya
produk.
|
• Kesulitan memisahkan biaya tetap dan variable.
• Tidak dapat diterima pihal eksternal.
|
Keunggulan
Full Costing
|
Keunggulan
Variabel Costing
|
• Dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap produksi.
|
• Alat perencanaan operasi, tersedianya data yg akurat mengenai biaya
variabel dan margin kontribusi, memungkinkan perusahaan mengambil keputusan
secara tepat.
• Penetapan harga jual, dengan mengetahui besarnya marjin kontribusi,
perusahaan dapat menentukan harga jual yang dapat manutup biaya-biaya tetap
(sewa, pajak, gaji manajemen, dll).
• Alat pengendalian manajemen.
|
|
|
|
|
Bentuk laporan rugi-laba berdasarkan
metode full costing dan variabel costing :
Metode
full costing
Hasil penjualan xxx
HPP termasuk BOP
tetap (xxx)
Laba kotor xxx
Biaya pemasaran xxx
Biaya
adm.&umum xxx
(xxx)
Laba bersih xxx
Metode
variabel costing
Hasil penjualan xxx
Biaya variabel :
HPP
penj tdk termasuk BOP xxx
By.
Pemasaran variabel xxx
By.
Adm.&umum variabel xxx
(xxx)
Marjin
Kontribusi (MC) xxx
Biaya tetap :
BOP
tetap xxx
By.
pemasaran tetap xxx
By.
Adm.&umum tetap xxx
(xxx)
Laba bersih xxx
BAB VII
ANALISIS BIAYA RELEVAN TIPE INFORMASI AKUNTANSI
Informasi Akuntansi Diferensial : Menyajikan informasi
mengenai taksiran pendapatan, biaya, dan atau aktiva yang berbeda jika suatu
tindakan tertentu dipilih, dibandingkan dengan alternatif tindakan yang lain. Digunakan
untuk pemecahan masalah pemilihan akternatif
Pendapatan Diferensial : Merupakan pendapatan yang berbeda dalam suatu kondisi
dibandingkan dengan kondisi-kondisi yang lain.
Biaya Diferensial : Biaya yang berbeda dalam suatu kondisi, dibandingkan
dengan kondisi-kondisi yang lain sering
disebut dengan biaya relevan yang digunakan untuk pemilihan alternatif. Setiap kondisi memiliki alternatif-alternatif keputusan yang harus
dipilih, manajemen harus memiliki informasi yang akurat untuk setiap
alternatif, sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat. Misalnya informasi
mengenai biaya, dianggap relevan bila pada setiap alternatif berbeda besarnya.
Pengambilan Keputusan Khusus :
1.
Menerima/menolak pesanan penjualan khusus
•
Jika perusahaan beroperasi pada kapasitas penuh, maka
mengerjakan pesanan khusus akan menyebabkan kenaikan biaya produksi, (tetap&variable) sehingga biaya produksi tetap dan variabel merupakan biaya diferensial/relevan
yang harus diperhatikan.
•
Jika perusahaan beroperasi belum mencapai kapasitas
maksimal, maka mengerjakan pesanan khusus akan menyebabkan kenaikan biaya
produksi variabel, sehingga biaya produksi variabel merupakan biaya diferensial
/ relevan yang harus diperhatikan.
•
Jika pengerjaan
pesanan khusus ini akan menaikkan biaya usaha yg lain (biaya adiministasi,
biaya pemasaran), maka biaya ini juga merupakan biaya diferensial / relevan
yang harus diperhatikan.
Contoh
Volume penjualan 1000 unit
Harga jual reguler Rp 2.000 per
unit
Biaya produksi variabel per unit Rp 1.200
Biaya produksi tetap Rp. 300.000
Biaya usaha Rp 150.000
Volume pesanan khusus 100 unit
Harga jual pesanan khusus Rp 1.400 per unit
Apakah perusahaan akan menerima atau menolak pesanan
khusus tersebut?
Perhitungan rugi-laba tanpa pesanan khusus
Perhitungan rugi-laba dengan pesanan khusus
Kesimpulan
v Jika memutuskan menerima pesanan khusus, maka perusahaan menanggung
incremental cost (biaya tambahan) sebesar Rp. 120.000
v Incremental cost adalah salah satu istilah dalam pengertian biaya
relevan yang manggambarkan tambahan biaya yang akan terjadi bila suatu
alternatif dipilih.
v Sebaiknya perusahaan menerima pesanan khusus tersebut karena akan
menghasilkan tambahan pendapatan sebesar Rp. 140.000 lebih besar dari tambahan
biaya yang harus dikeluarkan yaitu Rp. 120.000
2.
Pengurangan/penambahan jenis produk/departemen
Misalkan perusahaan menambah departemen baru, yaitu
Departemen Kosmetik.
Diketahui taksiran hasil penjualan Rp. 3.000.000,
biaya variabel Rp. 2.100.000 dan biaya tetap terhindarkan Rp. 350.000. Perusahaan harus meneruskan departemen makanan atau menambah departemen
baru yaitu departemen kosmetik?
Laporan rugi-laba
Kesimpulan
v Perusahaan sebaiknya memilih alternatif II yaitu mengganti dep Makanan
dg dep Kosmetik. Karena perusahaan hanya akan mengorbankan opportunity cost
sebesar Rp 2.000.000 lebih kecil jika perusahaan meneruskan dep makanan akan
menanggung biaya sebesar Rp 2.300.000
3.
Membuat sendiri/membeli bahan baku produksi
Berkaitan dengan penggunaan bahan produksi, misalnya
suku cadang tertentu, perusahaan belum mencapai kapasitas penuh, maka untuk
memenuhi permintaan volume penjualan yang meningkat, maka dipertimbangkan untuk
membuat sendiri atau membeli dari luar suku cadang tersebut.
Contoh kasus
Perusahaan bidang perakitan memproduksi sendiri salah
satu jenis
suku cadang yang diperlukan. Berikut perhitungan biaya
produksinya:
|
Per Unit
|
8000 Unit
|
Biaya Bahan Baku
|
Rp 30
|
Rp 240.000
|
Biaya Tenaga Kerja Langsung
|
40
|
320.000
|
Biaya Overhead:
-
Variabel
- Tetap, terdiri atas:
• Gaji Pengawas
• Penyusutan Peralatan
• Alokasi Dept. Lain
|
10
30
20
50
|
80.000
240.000
160.000
400.000
|
Total Biaya Produksi
|
Rp 180
|
Rp 1.440.000
|
Perusahaan mendapatkan tawaran suku cadang sejenis dari
perusahaan lain seharga Rp 150 per unit.
•
Dalam analisis biaya relevan, muncul istilah biaya
tenggelam (sunk cost) yaitu biaya yang timbul sebagai akibat dari pengambilan
keputusan dimasa lalu, contoh biaya penyusutan, depresiasi, amortisasi. Dalam kasus yang berkaitan dengan keputusan membuat sendiri atau membeli
sparepart dari luar, sunk cost bukan termasuk biaya relevan, jadi tidak di
perhitungkan.
•
Dengan mengurangi total biaya produksi dengan biaya
penyusutan dan alokasi dari dept. lain, maka didapatkan biaya produksi jika
membuat sparepart sendiri adalah Rp. 110 lebih rendah dari membeli yaitu Rp.
150.
•
Maka keputusannya adalah membuat sendiri.
4.
Menyewakan atau menjual fasilitas perusahaan
Contoh kasus
Harga perolehan mesin Rp. 2.000.000
Akum penyusutan peralatan Rp. 1.200.000
Bila disewakan, perusahaan memperoleh pendapatan Rp.
1.250.000 pertahun
Harga jual mesin Rp. 1.000.000
Biaya reparasi & asuransi mesin Rp 350.000
Bila dijual, perusahaan harus membayar komisi
perantara Rp. 60.000
Bagaimana
keputusannya?
|
Menyewakan
|
Menjual
|
Perbedaan
|
Pendapatan
|
Rp. 1.250.000
|
Rp. 1.000.000
|
Rp. 250.000
|
Biaya
|
|
|
|
- Reparasi dan asuransi
|
350.000
|
60.000
|
290.000
|
Pendapatan bersih
|
Rp. 900.000
|
Rp. 940.000
|
Rp. 40.000
|
Kesimpulan :
Perusahaan lebih baik menjual mesin tersebut karena
akan memperoleh pendapatan bersih lebih banyak daripada menyewakan karena
mendapatkan keuntungan sebesar Rp 40.000
5.
Menjual/memproses lebih lanjut hasil produksi
Contoh kasus
Perusahaan menghasilkan 10.000 unit produk A. harga
jual produk A Rp 500 per unit. Produk A dapat diproses lebih lanjut menjadi
produk B diperlukan tambahan biaya Rp 25 per unit. Setiap 100 unit produk A
diolah menjadi 80 unit produk B. harga jual produk B Rp 750 per unit.
Perusahaan sebaiknya menjual produk A atau diolah dulu
menjadi produk B??
|
Menjual Langsung
|
Memproses Lebih Lanjut
|
Perbedaan
|
Hasil Penjualan
|
|
|
|
10.000 x Rp. 500
|
Rp. 5.000.000
|
-
|
-
|
8.000 x Rp. 750
|
-
|
Rp. 6.000.000
|
Rp. 1.000.000
|
Biaya Pengolahan
|
|
|
|
10.000 x Rp. 25
|
-
|
Rp. 250.000
|
Rp. 250.000
|
Selisih
|
-
|
-
|
Rp. 750.000
|
Selisih
lebih menguntungkan jika produk A diproses lebih lanjut
Contoh kasus
Misal perusahaan mengolah produk A, B, can C dengan
menggunakan bahan baku yang sama. Berikut adalah informasi alokasi biaya produk
bersama, harga jual sebelum dan sesudah diproses lebih lanjut, dan biaya
pengolahan lebih lanjut pada masing2 produk.
|
Alokasi biaya produk bersama
|
Harga jual sebelum pengolahan lebih lanjut
|
Biaya pengolahan lebih lanjut
|
Harga jual setelah perngolahan lebih lanjut
|
A
|
Rp. 800.000
|
Rp. 1.200.000
|
Rp. 500.000
|
Rp. 1.600.000
|
B
|
1.000.000
|
1.500.000
|
600.000
|
2.400.000
|
C
|
400.000
|
600.000
|
100.000
|
900.000
|
Keputusan yang akan diambil oleh manajemen adalah
produk apa yang sebaiknya langsung dijual dan produk apa yang sebaiknya
diproses lebih lanjut ????
Analisis nya adalah sebagai berikut :
|
Produk
|
A
|
B
|
C
|
Harga jual setealh diproses
|
Rp1.600.000
|
Rp2.400.000
|
Rp900.000
|
Harga jual sebelum diproses
|
1.200.000
|
1.500.000
|
600.000
|
Tambahan pendapatan jika diproses lebih lanjut
|
Rp. 400.000
|
900.000
|
Rp300.000
|
Tambahan biaya jika diproses lebih lanjut
|
500.000
|
600.000
|
100.000
|
Selisih menguntungkan jika di proses lebih lanjut
|
(Rp100.000)
|
Rp300.000
|
Rp200.000
|
6.
Penggantian aktiva tetap
Alasan : a. Keausan /
kerusakan fisik
b. Perkembangan
teknologi
Contoh Kasus
Berikut data mengenai mesin lama&mesin baru yg diusulkan sbg pengganti mesin lama
|
Mesin Lama
|
Mesin Baru
|
Harga Perolehan
|
Rp. 10.000.000
|
Rp. 12.000.000
|
Nilai Buku
|
8.000.000
|
-
|
Taksiran Umur Ekonomis
|
5 tahun
|
4 tahun
|
Sisa Umur Ekonomis
|
4 tahun
|
4 tahun
|
Nilai Jual Sekarang
|
3.000.000
|
-
|
Nilai Jual 4 tahun y . a. d
|
0
|
0
|
Biaya Operasional variabel per tahun
|
20.000.000
|
15.000.000
|
Penyusutan pertahun mesin lama dan mesin baru
dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus, perhitungannya adalah sebagai berikut :
|
Alternatif I
Terus Menggunakan Mesin
Lama
|
Alternatif II Menggunakan
Mesin Baru
|
Biaya Diferensial selama 4
tahun
|
Harga Perolehan (penyusutan) mesin baru
|
-
|
Rp12.000.000
|
Rp12.000.000
|
Nilai Jual Mesin Lama
|
(Rp3.000.000)
|
-
|
(3.000.000)
|
Biaya Operasi Variabel
|
80.000.000
|
62.000.000
|
(18.000.000)
|
|
|
|
Rp. 9.000.000
|
Kesimpulan : Jika memilih
alternatif I maka perusahaan akan menanggung biaya tambahan sebesar Rp.
18.000.000, sedangkan jika memilih alternatif II maka perusahaan dapat
menghemat biaya tersebut.
Peniadaan
jenis produk/departemen
•
Pengambilan keputusan timbul karena terdapat jenis
produk/departemen dalam perusahaan yang menderita kerugian secara terus
menerus.
Sehingga perlu mempertimbangkan adanya biaya terhindarkan
(avoidable cost) dan biaya tak terhindarkan (unavoidable cost). Biaya terhindarkan adalah biaya-biaya yang tidak akan terjadi jika suatu
jenis produk / departemen dieliminasi. Biaya
terhindarkan merupakan biaya relevan yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan
alternatif keputusan.
Sedangkan Biaya tak terhindarkan
adalah biaya-biaya yang tetap akan terjadi jika suatu jenis produk / departemen
dieliminasi
Contoh kasus
Sebuah departemen store memiliki 3 departemen utama,
yaitu Makanan, Kelontong, dan Obat-obatan. Berikut taksiran
perhitungan laba rugi setiap departemen :
Laporan rugi-laba dg memasukkan pendapatan
diferensial dan biaya diferesial
Kesimpulan
•
Apabila perusahaan meniadakan Departemen Makanan, maka
akan mengorbankan pendapatan sebesar Rp. 5.000.000 lebih besar dari pada biaya
yang dapat dihindarkan Rp. 4.750.000, sehingga manajemen harus meneruskan
Departemen makanan.
•
Adanya biaya
kesempatan (opportunity cost), yaitu pendapatan atau penghematan biaya yang
dikorbankan sebagai akibat dari dipilihnya alternatif tertentu (Rp. 5.000.000)
BAB VIII
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MANAJEMEN TIPE INFORMASI AKUNTANSI
Informasi
Akuntansi Pertanggungjawaban
Pengendalian Manajemen Adalah proses yg menjamin bahwa kegiatan-kegiatan yg telah dilaksanakan sesuai
dg hasil yang diharapkan, yaitu organisasi telah melaksanakan strateginya
dengan efektif dan efisien.
Proses Pengendalian Manajemen terdiri dari 2 aktivitas:
1. Perencanaan : Melihat kedepan untuk memutuskan aktivitas yang seharusnya dikerjakan
2. Pengendalian : Melihat kebelakang untuk memastikan apakah hasil yang dikehendaki telah
tercapai
Manajer
Pusat-Pusat Pertanggungjawaban
Suatu segmen bisnis atau bagian atau unit organisasi yang mana
manajernya bertanggungjawab terhadap peraturan kegiatan-kegiatan tertentu untuk
menciptakan kondisi dimana setiap rencana yang disusun dapat terealisasikan.
Digolongkan menjadi 4 :
1. Pusat Biaya
Pusat pertanggungjawaban
yang bertanggungjawab hanya pada biaya dan tidak bertanggungjawab atas
pendapatan yang dihasilkan. Digolongkan
menjadi 2 :
• Pusat biaya teknis (enjiner) adalah biaya yang mempunyai hubungan fisik optimal (erat dan nyata)
dengan outputnya. Contoh : pada
departemen produksi
• Pusat biaya kebijakan (diskresionari) yaitu biaya yang tidak mempunyai hubungan fisik secara optimal dengan
outputnya sehingga sulit diukur secara kuantitatif. Contoh : pada departemen administrasi dan umum
2. Pusat Pendapatan
Pusat pertanggungjawaban
yang bertanggungjawab pada pendapatan yang dihasilkannya. Contoh : Departemen Pemasaran, kinerjanya
diukur berdasarkan pendapatan yang dihasilkannya dari penjualan produk atau
jasa.
3. Pusat Laba
Merupakan pusat
pertanggungjawaban yangmana input dan outputnya diukur dengan menghitung
selisih antara pendapatan dengan biaya.
Pusat laba umumnya terdapat
pada organisasi yang dibagi-bagi berdasarkan divisi-divisi penghasilan laba.
Biasanya ditetapkan pada perusahaan yang memproduksi lebih dari satu macam
produk atau jasa. Masing-masing divisi merupakan pusat laba.
4. Pusat Investasi
Merupakan pusat
pertanggungjawaban yang mana
prestasi manajernya dinilai berdasarkan laba yang dihasilkan dikaitkan dengan
investasi yang ditanamkan pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya.
Laba yang tinggi belum tentu
identik dengan kinerja yang baik bila dikaitkan dengan besarnya investasi yang
dikeluarkan. Pengukuran kinerja pusat investasi dilakukan dengan 2 perhitungan
:
1) ROI (Return on Investment) tingkat
pengembalian atas investasi yg digunakan untuk menghasilkan laba. Yaitu merupakan rasio antara laba dengan jumlah
investasi yang biasanya dinyatakan dalam prosentase, rumusnya :
ROI
= Laba Operasi (EBIT) x 100%
Aktiva Operasi Rata – Rata
Aktiva operasi adalah aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan laba operasi termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung, dan
peralatan.
Semakin tinggi ROI semakin bagus perusahaan tersebut.
2) RI =
Residual Income
adalah selisih antara laba operasi dan pengembalian minimal yang
disyaratkan oleh aktiva operasi perusahaan
RI = Laba operasi – (tingkat pengembalian minimal x aktiva operasi)
Atau RI = laba /EAT / EBIT – (target
laba x nilai laba)
Kelebihan ROI
|
Kelebihan RI
|
•
Manajer fokus pada
hubungan antara penjualan, beban, dan investasi
•
Fokus pada efisiensi biaya
•
Fokus pada efisiensi
aktiva operasi
•
Metode pengukuran yang
obyektif berdasarkan pada data akuntansi yang tersedia
•
Memungkinkan pembandingan
kinerja antar divisi
|
• Mendorong manajer untuk menerima proyek apapun yang menghasilkan
pengembalian diatas tingkat minimal, tetapi akan menciptakan orientasi jangka
pendek.
|
Kelemahan ROI
|
Kelemahan RI
|
• ROI mengakibatkan perhatian pada profitabilitas divisional yang sempit
atas beban profitabilitas keseluruan perusahaan
• ROI mendorong para manajer untuk memperhatikan kepentingan angka
pendek atas beban jangka panjang.
|
•
|
Contoh soal :
1.
Laba yg
dihasilkan perusahaan (sebelum ada proyek) sebesar 20 jt dg menggunakan aktiva
operasi sebesar 100 jt. Lalu perusahaan mendapatkan tawaran proyek didivisikan
dg nilai aktiva operasional 80 jt dan menghasilkan laba 70 jt. Sebagai manajer
sebaiknya menerima proyek/menolak jika diukur dari ROI?
2.
Perusahaan
mengusulkan ROI 15% dg nilai aktiva operasi 50 jt, perusahaan ditarget laba
minimal 10%. Ada peluang investasi dg nilai 10 jt dan menghasilkan laba 1,3 jt
dan proyek yg lain dg nilai 4 jt dg tingkat ROI 16%. Pilihannya adalah jika
dilihat dari RI perusahaan pilih menerima proyek yg mana/keduanya/tdk sama
sekali?
3.
Data proyek yg
akan diinvestasikan sbb :
• Proyek I menghasilkan laba 5 jt dg ROI 5%
• Proyek II target ROI 10% dg nilai investasi 100 jt
• Proyek III menghasilkan laba 20 jt dg nilai
investasi 300 jt
Jika
diukur dg menggunakan ROI sebaiknya memilih :
a)
Salah satu
> proyek yg mana ?
b)
Kolaborasi dua
proyek > proyek mana ?
c)
Ketiga proyek
diterima?
Jawaban :
1.
ROI sebelum
proyek = (20 jt : 100 jt) x 100% = 20%
ROI
setelah ROI = (90 jt : 180 jt) x 100% = 50%
2.
Tidak menerima
proyek apapun
15% = laba
50 jt
Laba = 7,5
jt
Target
laba minimal = 10% x 50 jt = 5 jt
RI =
7,5 jt – 5 jt = 2,5 jt
Menerima
proyek I
Total
aktiva = 50 jt + 10 jt = 60 jt (nilai invest)
= 10% x 60 jt = 6 jt
Total
laba = 7,5 jt + 1,3 jt = 8,8 jt
RI =
8,8 jt – 6 jt = 2,8 jt
Menerima
proyek II
Nilai
aktiva = 50 jt + 4 jt = 54 jt
Laba =
16% x 4 jt = 640 rb
RI =
7.500.000 + 640.000 = 8.140.000 – 5.400.000 = 2.740.000
Menerima
proyek I dan II
Nilai
aktiva = 50 jt + 10 jt + 4 jt + 64 jt
Laba =
8,8 jt + 640 rb = 9.440.000
Target
laba = 10% x 64 jt = 6.400.000
RI =
9.440.000 - 6.400.000 = 3.040.000
Kesimpulan
:
v Maka perusahaan memilih alternatif I dan II (memilih
kedua proyek) karena tingkat ROI-nya dianggap lebih tinggi.
v Sedangkan jika dilihat dari rmus ekonomisnya maka
dipilih alternatif II karena dilihat dari investasi/biaya- biaya/pengeluaran yg
terkecil namun menghasilkan laba yg tinggi.
3.
Perhitungan
menurut ROI (dalam
ribuan)
|
Proyek
I
|
Proyek
II
|
Proyek
III
|
Proyek
I+II
|
Proyek
I+III
|
Proyek
II+III
|
Proyek
I+II+III
|
Laba operasi
|
5.000
|
10.000
|
20.000
|
15.000
|
25.000
|
30.000
|
35.000
|
Aktiva
|
100.000
|
100.000
|
300.000
|
200.000
|
400.000
|
400.000
|
500.000
|
ROI
|
5%
|
10%
|
6,67%
|
7,5 %
|
6,25
|
7,5%
|
7%
|
Kesimpulan
:
Memilih proyek
II karena tingkat ROI yg tinggi dianggap dapat menghasilkan laba yg tinggi pula
yaitu sebesar 10 jt.
ILUSTRASI PERBANDINGAN ROI
DAN RI
PT. BUNGA KENCANA memiliki suatu divisi yang
memproduksi peralatan rumah tangga dan mendapat kesempatan untuk melakukan
investasi dalam dua proyek pada tahun depan. Biaya yang dibutuhkan untuk
masing-masing investasi, tingkat pengembalian dan ROI adalah sebagai berikut :
|
Proyek I
|
Proyek II
|
Investasi
|
Rp. 10.000.000
|
Rp. 4.000.000
|
Laba operasi
|
1.300.000
|
640.000
|
ROI
|
13%
|
16%
|
Divisi saat ini menghasilkan ROI sebesar 15%, aktiva
operasi Rp. 50juta dan laba operasi atas investasi berjalan Rp. 7,5juta. Divisi
telah mendapat persetujuan tambahan investasi sebesar Rp. 15juta untuk
investasi modal baru dengan syarat bahwa semua investasi harus menghasilkan
laba bersih paling sedikit 10%.
Manajer divisional memiliki empat alternatif.
Investasi dalam proyek I; investasi dalam proyek II; investasi dalam proyek I
dan II; serta tidak melakukan investasi.
Perhitungan menurut ROI
|
Proyek I
|
Proyek II
|
Kedua Proyek
|
Tidak ada proyek
|
Laba operaasi
|
Rp. 8.800.000
|
Rp. 8.140.000
|
Rp. 9.440.000
|
Rp. 7.500.000
|
Aktiva operasi
|
60.000.000
|
54.000.000
|
64.000.000
|
50.000.000
|
ROI
|
14,67%
|
15,07%
|
14,75%
|
15,00%
|
Manajer divisional akan memilih proyek II karena
investasi akan meningkatkan ROI dari 15% menjadi 15,7%
Perhitungan menurut RI
|
Proyek I
|
Proyek II
|
Kedua Proyek
|
Tdk ada proyek
|
Aktiva operasi
|
Rp60.000.000
|
Rp54.000.000
|
Rp64.000.000
|
Rp. 50.000.000
|
Laba Operasi
|
Rp. 8.800.000
|
Rp. 8.140.000
|
Rp. 9.440.000
|
Rp. 7.500.000
|
Pengembalian minimal
|
6.000.000
|
5.400.000
|
6.400.000
|
5.000.000
|
Laba residu
|
Rp. 2.800.000
|
Rp. 2.740.000
|
Rp. 3.040.000
|
Rp. 2.500.000
|
Pengembalian minimal = 10% x aktiva operasi
Dari hasil tabulasi diatas, memperlihatkan bahwa
pemilihan kedua proyek akan menghasilkan laba residu yang paling tinggi
Kesimpulan
• Laba residu dan ROI merupakan ukuran kinerja manajerial yang penting,
namun keduanya adalah ukuran untuk kepentingan jangka pendek.
• Akibatnya manajer lebih mendahulukan kepentingan jangka pendek daripada
beban jangka panjang perusahaan.
• Satu cara untuk mengatasi hal ini adalah diterapkannya ukuran kinerja
non keuangan dalam menilai kinerja suatu divisi, misalnya dengan memperhatikan
keluhan pelanggan, paktor pasar, pengembangan karyawan, dan inovasi perusahaan.
BAB X
KONSEP BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS DEFINISI KUALITAS
Produk atau jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan.
Dimensi dari kualitas :
s Kinerja (Performance) : Konsistensi dan seberapa baik fungsi sebuah produk
s Estetika (Aesthetics) : Berhubungan dengan penampilan wujud produk (misal gaya dan keindahan)
s Kemudahan perawatan dan perbaikan (Serviceability) :
Berkaitan dengan tingkat kemudahan merawat dan
memperbaiki produk
s Fitur (Features)
: Karakteristik produk yang berbeda dari produk sejenis
yang fungsinya sama (misal mobil)
s Keandalan (Reliability) : Kemungkinan
produk atau jasa menjalankan fungsi seperti yang dimaksudkan dalam jangka waktu
tertentu.
Definisi kualitas
Jangka waktu produk dapat berfungsi
} Tahan Lama (Durability)
Ukuran mengenai apakah sebuah produk telah memenuhi spesifikasinya atau
tidak
} Kualitas Kesesuaian (Quality of conformance)
Kecocokan sebuah produk menjalankan fungsi sebagaimana yang diiklankan
} Kecocokan Penggunaan (Fitness for
use)
Cost of Quality (biaya
kualitas) adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau
telah terdapat produk yang kualitasnya buruk. Kegiatan
Pengendalian untuk mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk. Kegiatan Karena Kegagalan dilakukan untuk merespon kualitas yang buruk.
Kategori Biaya Kualitas
1. Biaya Pencegahan (Preventive costs)
Terjadi untuk
mencegah kualitas yang buruk pada produk / jasa yang dihasilkan , misalnya
biaya untuk perencanaan kualitas, pemilihan dan evaluasi pemasok, audit
kualitas
2. Biaya Penilaian
(Appraisal costs)
Terjadi untuk
menentukan apakah produk dan jasa telah sesuai dengan persyaratan atau
kebutuhan pelanggan, misal biaya pemeriksaan kemasan, biaya pengujian bahan
baku
3. Biaya Kegagalan Internal (Internal failure costs)
Terjadi ketika
produk atau jasa tidak sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan pelanggan.
Ketidak sesuaian ini dideteksi sebelum dikirim ke pihak luar.
4. Biaya Kegagalan Eksternal (External failure costs)
Terjadi karena
produk atau jasa yang dihasilkan gagal memenuhi persyaratan atau tidak
memuaskan kebutuhan pelanggan setelah produk disampaikan ketanggan pelanggan,
misal biaya garansi, biaya tanggung jawab hukum, biaya penarikan produk dari
pasar.
Klasifikasi Biaya Kualitas
1. Observable Quality Cost
Biaya-biaya yang tersedia / dapat diperoleh dari
catatan akuntansi perusahaan
2. Hidden Cost
Biaya – biaya yang bersifat opportunity yang tidak
bisa dicatat secara langsung oleh pelaporan akuntansi, hanya bisa
diestimasi
Mengukur Biaya Kualitas
Metode untuk mengestimasi biaya-biaya yang bersifat Hidden Cost, yaitu:
1. Metode Pengali (The Multiplier Method)
Metode pengali mengasumsikan
total biaya kegagalan adalah hasil pengalian dari biaya-biaya kegagalan yang
terukur.
Total biaya kegagalan eksternal = k (biaya kegagalan
eksternal yang terukur)
Dimana k = efek pengali, diperoleh berdasarkan
pengalaman.
Dengan memasukkan biaya kualitas yang tersembunyi
dalam menilai biaya kegagalan eksternal, manajemen dapat menentukan tingkat
pengeluaran sumber daya untuk kegiatan pencegahan dan penilaian secara lebih
akurat.
2. Metode Penelitian Pasar (The Market Research Method)
Metode ini menggunakan data formal dari penelitian
pasar untuk menilai dampak kualitas yang buruk terhadap penjualan dan pangsa
pasar.
Survei pelanggan dan wawancara dengan anggota tim
penjualan perusahaan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap
besarnya biaya tersembunyi perusahaan.
Hasil penelitian pasar dapat digunakan untuk
memproyeksikan hilangnya laba dimasa depan akibat kualitas yang buruk.
3. Fungsi Kerugian Kualitas (Taguchi Quality Loss Function)
Taguchi mengasumsikan setiap pengimpangan dari nilai
target suatu karakteristik kualitas dapat menimbulkan biaya kualitas yang
tersembunyi.
L(y) = k(y – T)²
k = konstanta
proporsionalitas yang besarnya bergantung pada struktur biaya kegagalan
eksternal perusahaan
y = nilai aktual dari karakteristik kualitas
T = nilai target dari
karakteristik kualitas
L = kerugian kualitas
Grafik Biaya Kualitas dari
sudut pandang AQL
ANALISIS TREN
Untuk mengetahui biaya kualitas telah berkurang sesuai yang telah
direncanakan atau tidak, penggunaan analisis tren multiperiode sangat
diperlukan untuk menggambarkan perubahan keseluruhan biaya kualitas telah
bergerak kearah yang tepat.
Data berikut adalah perubahan yang dialami
perusahaan:
|
Biaya Kualitas
|
Penjualan Aktual
|
Biaya sebagai preseentase
dari penjualan
|
2000
2001
2002
2003
2004
|
$440.000
423.000
412.500
392.000
280.000
|
$2.200.000
2.350.000
2.750.000
2.800.000
2.800.000
|
20%
18%
15%
14%
10%
|
Data Analisis Tren Multiperiode : data menurut kategori biaya kualitas
Data berikut adalah data biaya kualitas
menurut kategori yang dialami perusahaan:
Prevention Appraisal Internal Failure External Failure
2000
2.0% 2.0% 6.0% 10.0 %
2001
3.0 2.4 4.0 8.6
2002
3.0 3.0 3.0 6.0
2003
4.0 3.0 2,5 4.5
2004
4.1 2.4 2.0 1.5
PRODUKTIVITAS : PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN
Produktivitas mengacu pada hubungan antara output dan input
yang digunakan untuk memproduksi output. Peningkatan produktivitas
secara teknis dapat dicapai dengan memproduksi output lebih banyak
dengan menggunakan jumlah input yang sama.
Produktivitas saat ini :
Output sama, Input lebih sedikit :
Output lebih banyak, Input sama :
Output lebih banyak, Input lebih sedikit :
Partial Productivity Measurement (pengukuran produktivitas parsial): pengukuran produktivitas untuk satu input pada suatu waktu
Rasio Produktifitas = Output / Input
•
Operational Productivity
Measure
: pengukuran parsial jika dikaitkan/diukur
dalam kuantitas fisik.
•
Financial Productivity
Measure: pengukuran parsial jika
dinyatakan/diukur dalam dolar (satuan uang)
KEUNGGULAN PRODUKTIVITAS PARSIAL
• Mudah diinterpretasikan semua pihak sehingga mudah digunakan untuk
menilai kinerja produktivitas dari karyawan operasional.
• Misalnya tenaga kerja dihubungkan dengan unit yang diproduksi per jam
atau unit yang diproduksi per kilogram bahan.
• Untuk menentukan standar kinerja operasional jangka pendek.
KELEMAHAN PRODUKTIVITAS PARSIAL
•
Ukuran parsial dapat menyesatkan, karena peningkatan
produktivitas untuk satu input mungkin akan menyebabkan penurunan produktivitas
untuk input yang lain.
•
Misal mengubah proses agar tenaga kerja langsung
menggunakan lebih sedikit waktu untuk merakit sebuah produk, tetapi dapat
meningkatkan sisa bahan baku dan limbah produksi, walaupun output totalnya
tidak berubah.
•
Produktivitas tenaga kerja meningkat tetapi
produktivitas penggunaan bahan baku menurun
•
Memungkinkan terjadi trade-off sehingga perlu
pengukuran produktivitas secara total unuk menilai kelebihan berbagai keputusan
produktivitas..
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS TOTAL
•
Pengukuran produktivitas dari seluruh input
(prakteknya tidak diperlukan), tetapi mengukur produktivitas dari faktor-faktor
yang dianggap sebagai indikator keberhasilan perusahaan.
•
Ada 2 pendekatan yang memperoleh pengakuan untuk
mengukur produktivitas total, yaitu: Pengukuran profil dan pengukuran
produktivitas yang berkaitan dengan laba
PENGUKURAN PROFIL PRODUKTIVITAS
•
Menyediakan serangkaian ukuran operasional parsial
yang berbeda dan terpisah.
•
Melibatkan input utama, seperti tenaga kerja, bahan,
modal, dan energi.
Contoh :
Produktivitas dari kedua input bergerak kearah yang sama :
2007 2008
Jumlah Mesin yang diproduksi 120,000 150,000
Jumlah tenaga kerja yang digunakan 40,000 37,500
Bahan yang digunakan 1,200,000 1,428,571
|
Rasio Produktivitas Parsial
|
Profil 2007
|
Profil 2008
|
Rasio produktivitas tenaga kerja
|
3.000
|
4.000
|
Rasio produktivitas bahan
|
0,100
|
0,105
|
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS YANG BERKAITAN DENGAN
LABA
• Menilai pengaruh perubahan produktivitas terhadap laba. Perubahan laba
sebagian disebabkan adanya perubahan produktivitas.
• Penurunan produktivitas secara
terus menerus akan menurunkan laba, karena meningkatkan biaya-biaya dan
mengurangi jumlah barang yang diproduksi.
• Peningkatan produktivitas secara tidak langsung akan meningkatkan laba
melalui efisiensi / penghematan biaya yang ditanggung perusahaan.
KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS
•
Peningkatan kualitas dapat meningkatkan produktivitas,
contoh pengerjaan ulang berkurang karena menurunnya unit produk yang cacat,
maka lebih sedikit tenaga kerja dan bahan yang digunakan untuk menghasilkan output
yang sama.
BAB XII
PELAPORAN SEGMEN, EVALUASI PUSAT INVESTASI, DAN PENETAPAN HARGA TRANSFER
Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban (responsibility
accounting system) adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai setiap pusat
pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan para manajer untuk
mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka.
Desentralisasi adalah praktik pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada
jenjang yg lebih rendah
Pengambilan keputusan terdesentralisasi memperkenankan manajer pada
jenjang yang lebih rendah untuk membuat dan mengimplementasikan keputusan-keputusan
penting yang berkaitan dengan wilayah pertanggungjawaban mereka.
Alasan melakukan desentralisasi
a. Mengumpulkan dan menggunakan informasi lokal
• Manajemen puncak yang tidak memahami kondisi lokal akan mengakibatkan
pengambilan keputusan yang tidak tepat,
• Sehingga pengambilan keputusan dilakukan oleh manajer tingkat rendah
yang berhubungan langsung dengan operasional
b. Memfokuskan manajemen pusat
• Manajemen puncak fokus menangani hal-hal yang bersifat strategis dan
bersifat jangka panjang
• Manajemen tingkat rendah bertanggungjawab pada operassional sehari-hari
c. Melatih dan memotivasi para manajer
• Kondisi operasional sehari-hari yang dinamis akan membuat manajer
tingkat rendah menjadi terlatih untuk pengambilan keputusan secara taktis
• Sehingga memotivasi manajer tingkat rendah dan merupakan peluang untuk
promosi ke level yang lebih tinggi
d. Meningkatkan daya saing
• Divisi yang tidak berdaya saing akan mati dengan sendirinya untuk
menutupi ketidakefisienan
Pusat Pertanggungjawaban merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggungjawab terhadap
serangkaian kegiatan-kegiatan tertentu.
Digolongkan menjadi 4 : Pusat Biaya, Pusat Pendapatan, Pusat Laba dan Pusat Investasi
Pengukuran Kinerja Pusat Investasi berdasarkan
perhitungan biaya variabel dan biaya penuh/absorpsi.
Membebankan semua biaya manufaktur ke produk, BOP tetap dipandang
sebagai biaya produk, bukan biaya periode.
Hanya membebankan biaya manufaktur variabel ke produk, BOP tetap
diperlakukan sebagai biaya periode karena akan tetap ada dalam berbagai
kapasitas
|
Perhitungan Biaya Absorpsi
|
Perhitungan Biaya Variabel
|
Biaya Produk
|
Bahan baku langsung
Tenaga Kerja Langsung
Overhead Variabel
Overhead Tetap
|
Bahan baku langsung
Tenaga kerja langsung
Overhead Variabel
|
Biaya Periode
|
Beban penjualan
Beban Administrasi
|
Overhead tetap
Beban Penjualan
|
Penilaian Persediaan : Persediaan dinilai atas biaya produk atau produksi.
Perhatikan data berikut dari Fairchild Company untuk tahun lalu.
Unit persediaan awal :
Unit diproduksi 10.000
Unit terjual ($300 per unit) 8.000
Biaya variabel per unit :
Bahan baku langsung $ 50
Tenaga kerja langsung $100
Overhead variable $ 50
Biaya Tetap :
Overhead tetap per unit yang diproduksi $ 25
Penjualan dan administrasi tetap $100.000
Persediaan barang akhir Fairchild Company Menurut Perhitungan Biaya
Absorpsi dan Variabel
Laporan Laba Rugi dengan Menggunakan Biaya Variabel dan Absorpsi
Hubungan antara produksi, Penjualan dan Laba
Jika
|
Maka
|
Produksi > Penjualan
|
Laba bersih Absorpsi >
Laba Bersih Variabel
|
Produksi < Penjualan
|
Laba bersih Absorpsi <
Laba Bersih Variabel
|
Produksi = Penjualan
|
Laba bersih Absorpsi >
Laba Bersih Variabel
|
Ilustrasi :
Data operasional Belnip, Inc. Pada tahun 2006, 2007, dan 2008
Biaya Variabel perunit :
Bahan baku langsung $4,00
Tenaga kerja langsung 1,50
Overhead variabel (estimasi dan aktual) 0,50
Penjualan dan administrasi variabel 0,25
Estimasi :
Volume Produksi 150.000
Overhead tetap $150.000
Aktual (setiap tahun) :
Volume Produksi 150.000
Overhead tetap $
150.000
Beban penj dan adm $ 50.000
Harga jual $ 10 per unit
Data operasional lainnya adalah sbb :
|
2006
|
2007
|
2008
|
Persd awal
|
-
|
-
|
50.000
|
Produksi
|
150.000
|
150.000
|
150.000
|
Penjualan
|
150.000
|
100.000
|
200.000
|
Persd. Akhir
|
-
|
50.000
|
-
|
Rekonsiliasi perhitungan biaya Variabel dan
Absorpsi (dalam ribuan dolar)
Perlakuan Overhead Tetap pada Perhitungan Biaya Absorpsi
Overhead tetap harus dibebankan pada unit yang diproduksi. Ada 2 masalah :
• Bagaimana mengonversi overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan jam
tenaga kerja langsung/jam mesin thd overhead pabrik yang ditetapkan pd unit2
yang diproduksi?
• Apa yang dilakukan jika overhead pabrik yang aktul tidak sama dengan
overhead yang dibebankan?
Solusi
• Hitung overhead tetap yang ditetapkan dan bebankan ke unit yang
diproduksi
• Total overhead yang ditetapkan dibandingkan dengan overhead aktual
• Jika ada variansi tidak material, maka akan ditutup dalam harga pokok penjualan.
Laporan Laba Rugi Segmen dengan Perhitungan
Biaya Variabel
Sebuah segmen adalah subunit dari suatu perusahaan bisa berupa : divisi,
departemen, lini produk, kelompok pelanggan, dll. Dalam
laporan laba rugi segmen, beban tetap dibagi menjadi dua kategori: beban tetap
langsung dan beban tetap umum
Laporan Laba Rugi Segmen dengan Perhitungan
Biaya Variabel
• Beban tetap langsung (direct fixed expenses) adalah beban tetap
yang secara langsung dapat ditelusuri ke suatu segmen.
• Beban ini terkadang disebut beban tetap yang dapat dihindari (avoidable
fixed expenses) atau beban tetap yang dapat ditelusuri (traceable fixed
expenses) karena beban ini akan hilang jika segmen ditutup atau dihapus. contoh
: segmen wilayah penjualan
• Beban tetap langsung untuk setiap wilayah adalah : sewa kantor
penjualan, gaji manajer penjualan di setiap wilayah, dst. Jika salah satu
wilayah dihapus, maka beban tetap tersebut akan hilang.
Laporan Laba Rugi Segmen dengan Perhitungan
Biaya Variabel
• Beban tetap Umum (common fixed expenses) disebabkan oleh dua atau
lebih segmen secara bersamaan. Beban-beban ini tetap muncul, walaupun ada
segmen yang dihapus. Contoh : depresiasi gedung kantor pusat, gaji CEO, dan
biaya untuk mencetak dan mendistribusikan laporan tahunan kepada para pemegang
saham.
Audiomatronics memproduksi alat pemutar MP3 dan pemutar DVD.
Audiomatronics menyediakan informasi berikut ini untuk tahun depan :
•
Komisi penjualan = 5% dari penjualan
•
Beban penjualan & Adm tetap langsung diperkirakan
: MP3 =$10.000, DVD =$20.000
•
Overhead tetap umum untuk pabrik diperkirakan sebesar
$100.000
•
Beban penjualan & adm umum diperkirakan sebesar
$20.000.
Pengukuran Kinerja Pusat Investasi dengan
Menggunakan ROI
ROI merupakan rasio antara laba dengan jumlah investasi yang biasanya
dinyatakan dalam prosentase, rumusnya :
Laba Operasi adalah laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)
Aktiva operasi adalah aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba
operasi termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung, dan peralatan.
Semakin tinggi ROI semakin bagus perusahaan tersebut.
Keunggulan ROI
• Manajer fokus pada hubungan antara penjualan, beban, dan investasi
• Fokus pada efisiensi biaya
• Fokus pada efisiensi aktiva operasi
• Metode pengukuran yang obyektif berdasarkan pada data akuntansi yang
tersedia
• Memungkinkan pembandingan kinerja antar divisi
Kelemahan ROI
• ROI mengakibatkan perhatian pada profitabilitas divisional yang sempit
atas beban profitabilitas keseluruan perusahaan
• ROI mendorong para manajer untuk memperhatikan kepentingan angka pendek
atas beban jangka panjang.
ILUSTRASI ROI
PT. BUNGA KENCANA memiliki suatu divisi yang memproduksi peralatan rumah
tangga dan mendapat kesempatan untuk melakukan investasi dalam dua proyek pada
tahun depan. Biaya yang dibutuhkan untuk masing-masing investasi, tingkat
pengembalian dan ROI adalah sebagai berikut :
|
Proyek I
|
Proyek II
|
Investasi
|
Rp. 10.000.000
|
Rp. 4.000.000
|
Laba operasi
|
1.300.000
|
640.000
|
ROI
|
13%
|
16%
|
Divisi saat ini menghasilkan ROI sebesar 15%, aktiva operasi Rp. 50juta
dan laba operasi atas investasi berjalan Rp. 7,5juta. Divisi telah mendapat
persetujuan tambahan investasi sebesar Rp. 15juta untuk investasi modal baru
dengan syarat bahwa semua investasi harus menghasilkan laba bersih paling
sedikit 10%.
Manajer divisional memiliki empat alternatif. Investasi dalam proyek I;
investasi dalam proyek II; investasi dalam proyek I dan II; serta tidak
melakukan investasi.
Perhitungan menurut ROI
|
Proyek I
|
Proyek II
|
Kedua Proyek
|
Tidak ada proyek
|
Laba operaasi
|
Rp. 8.800.000
|
Rp. 8.140.000
|
Rp. 9.440.000
|
Rp. 7.500.000
|
Aktiva operasi
|
60.000.000
|
54.000.000
|
64.000.000
|
50.000.000
|
ROI
|
14,67%
|
15,07%
|
14,75%
|
15,00%
|
Manajer divisional akan memilih proyek II karena investasi akan
meningkatkan ROI dari 15% menjadi 15,7%
Mengukur Kinerja Pusat Investasi dengan
menggunakan Laba Residu dan Nilai Tambah Ekonomi
EVAà laba bersish
dikurangi total biaya modal tahunan.
Jika EVA Positif maka perusahaan sedang menciptakan
kekayaan.
Jika EVA Negatif maka perusahaan sedang menyianyiakan
modal
Menghitung EVA
EVA=Laba operasi stlh pajak – (%biaya modal
aktual x total modal yang dipakai)
Perhitungan menurut RI
|
Proyek I
|
Proyek II
|
Kedua Proyek
|
Tidak ada proyek
|
Aktiva operasi
|
Rp. 60.000.000
|
Rp. 54.000.000
|
Rp. 64.000.000
|
Rp. 50.000.000
|
Laba Operasi
|
Rp. 8.800.000
|
Rp. 8.140.000
|
Rp. 9.440.000
|
Rp. 7.500.000
|
Pengembalian minimal
|
6.000.000
|
5.400.000
|
6.400.000
|
5.000.000
|
Laba residu
|
Rp. 2.800.000
|
Rp. 2.740.000
|
Rp. 3.040.000
|
Rp. 2.500.000
|
Pengembalian minimal = 10% x aktiva operasi
Dari hasil tabulasi diatas, memperlihatkan bahwa pemilihan kedua proyek
akan menghasilkan laba residu yang paling tinggi
Penetapan Harga Transfer
• Bagaimana cara menilai barang-barang yang ditransfer?
• Nilai barang yang ditransfer merupakan pendapatan bagi divisi yang
menjual dan biaya bagi divisi yang membeli. Nilai ini atau harga internal
disebut harga transfer (transfer price)
ABC, Inc
1. Divisi A
• Memproduksi komponen dan mentransfernya ke C dengan harga transfer $30
per unit
• Harga transfer =$30 per unit
• Pendapatan bagi A
• Meningkatkan laba bersih
• Meningkatkan ROI
2. Divisi C
• Membeli komponen dari A dengan harga transfer $30 per unit dan
menggunakan komponen itu untuk memproduksi produk akhir
• Harga transfer = $30 per unit
• Biaya bagi C
• Menurunkan laba bersih
• Menurunkan ROI
Pendapatan harga transfer = Biaya harga
transfer Dampak Nol bagi ABC Inc
Kebijakan Penetapan Harga Transfer
• Harga transfer minimum
harga transfer yang akan membuat divisi penjual tidak
menjadi lebih buruk jika barang dijual pada divisi internal daripada dijual
pada pihak luar. Hal ini terkadang disebut “batas bawah (floor)”dari rentang
penawaran
• Harga transfer maksimum
Harga transfer yang akan membuat keadaan divisi
pembeli tidak menjadi lebih buruk-jika suatu input dibeli dari divisi internal
daripada jika barang yang sama dibeli secara eksternal, hal ini terkadang
disebut “batas aas (ceiling)” dari rentang penawaran.
Penetapan harga Transfer
• Harga Pasar
Harga yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar. Produk yang di jual oleh divisi penjual
dibeli oleh divisi pembeli dengan harga yang sama jika dijual ke pihak
eksternal perusahaan
• Harga transfer berdasarkan biaya
Penentuan harga ditetapkan berdasarkan biaya-biaya
produksi yang ditanggung oleh divisi penjual. Tidak memungkinkan adanya laba
• Harga transfer yang dinegosiasikan
Divisi penjual dan divisi pembeli menegosiasikan harga
produk untuk dijual secara internal
PERTEMUAN XIII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS
Pengambilan
Keputusan
adalah proses pemilihan alternatif solusi untuk suatu masalah. Dalam
pengambilan keputusan, masalah adalah sesuatu kondisi yang tidak sesuai dengan
yang diharapkan.
Berdasarkan pemecahannya, masalah terbagi atas:
1. Masalah yang harus segera dipecahkan
misalnya dalam
keadaan tanggap bencana, pemerintah daerah harus memutuskan apakah akan
menganjurkan penduduk untuk mengungsi atau tidak.
2. Masalah yang sulit dipecahkan
Biasanya,
masalah yang sulit dipecahkan mengandung banyak trade-off atau konflik
kepentingan. Misalnya, dalam sebuah tim pengembangan produk, jika akan
memproduksi produk dengan kualitas tinggi maka biaya produksinya juga akan
mahal, sedangkan konsumen menghendaki produk yang berkualitas tinggi dengan harga yang wajar.
3. Masalah yang tidak dapat dipecahkan
Biasanya suatu
masalah belum dapat dipecahkan karena kurangnya informasi yang melingkupinya. Namun dengan penggunaan metode analisis
masalah yang tepat, pemecahannya akan menjadi lebih mudah.
Jenis Keputusan, berdasarkan level manajemen :
a. Keputusan Strategis
adalah keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak
dalam sebuh perusahaan.
b. Keputusan taktis
adalah keputusan yang dibuat oleh manajemen menengah
a. Keputusan operasional
adalah keputusan yang dibuat oleh tingkat manajemen
yang paling bawah, misalnya operator mesin di lantai produksi.
Jenis Keputusan, berdasarkan tersedianya
pemecahan masalah:
a. Keputusan Terprogram
Keputusan
ini berkaitan dengan kebiasaan, aturan, dan prosedur. Dalam hal ini kondisi yang
dihadapi semuanya dapat diketahui dengan pasti.
b. Keputusan tidak terprogram.
Keputusan tidak
terprogram ini adalah keputusan yang tidak mempunyai suatu aturan yang baku,
tergantung pada jenis masalahnya. Biasanya, masalah yang membutuhkan
keputusan tidak terprogram ini terjadinya tidak dapat diprediksi.
c. Keputusan tidak terstruktur
Disebut tidak
terstruktur karena tidak diketahui pemecahannya karena ketidakjelasan masalahnya disebut tidak terstruktur karena tidak diketahui pemecahannya karena
ketidakjelasan masalahnya
Pengambilan
keputusan taktis
Terdiri atas pemilihan di antara berbagai alternatif dengan hasil yang
langsung atau terbatas.
• Cenderung bersifat jangka pendek yang kerap mengandung konsekwensi
jangka panjang.
• Keputusan taktis kerap berupa tindakan berskala kecilyang bermanfaat
untuk tujuan jangka panjang.
Model Pengambilan Keputusan Taktis
• Kenali dan definisikan masalah.
• Identifikasi setiap alternatif sebagai solusi yang layak atau masalah
tersebut; eliminasi alternatif yang secara nyata tidak layak.
• Identifikasi biaya dan manfaat yang berkaitan dengan setiap alternatif
yang layak. Klasifikasikanlah biaya dan manfaat sebagai relevan atau tidak
relevan serta eliminasilah biaya dan manfaat yang tidak relevan dari
pertimbangan.
• Hitunglah total biaya dan manfaat yang relevan dari masing-masing
alternatif.
• Nilailah faktor-faktor kualitatif., misalnya kualitas bahan baku dari pemasok,
hubungan ketenagakerjaan, image masyarakat, dll.
• Pilihlah alternatif yang menawarkan manfaat terbesar secara keseluruhan.
BAB XIV
MANAJEMEN PERSEDIAAN
The Past Business Paradigm
The New Business Paradigm (Supply Chain)
Pengertian Persediaan
(inventory) adalah suatu bagian dari kekayaan perusahaan manufaktur yang
digunakan dalam rangkaian proses produksi untuk diolah menjadi barang setengah
jadi dan akhirnya menjadi barang jadi.
Barang persediaan adalah sejumlah material yang
disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar
selalu dalam keadaan siap pakai dan ditatausahakan dalam buku perusahaan
Jenis-jenis persediaan :
• Persediaan
Bahan Baku
-
material yang dibeli, disimpan, dan digunakan sebagai
input utama proses produksi.
• Persediaan
Bagian Produk yg Dibeli
-
material yang dibeli, disimpan, dan digunakan sebagai
input tanpa melalui proses produksi
sebelumnya (langsung dirakit dengan gabian lain)
• Persediaan
Barang Pembantu
-
material yang dibeli, disimpan, dan digunakan sebagai
inut tambahan proses produksi ;
Persediaan
barang setengah jadi/barang dalam proses : persediaan barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik
yang telah melalui sebuah / beberapa proses, tetapi harus melalui proses
berikutnya untuk kemudian menjadi barang jadi
Persediaan
baranag jadi : persediaan barang yang telah selesai diproses/diolah dalam pabrik dan
siap untuk dijual pada pelanggan atau perusahaan lain.
Biaya Persediaan :
• Biaya
pemesanan : contohnya biaya pemrosesan pesanan, biaya asuransi
untuk pengiriman, dan biaya pembongkaran
• Biaya
persiapan atau penyetelan : biaya-biaya untuk menyiapkan peralatan dan fasilitas, contohnya upah
pekerja bagian produksi, biaya uji coba produksi
• Baiay
penyimpanan : contohnya biaya asuransi, pajak persediaan.
• Biaya
habisnya persediaan : biaya-biaya yg terjaddi karena tidak dapat
menyediakan produk ketika diminta pelanggan, contohnya biaya ekspedisi (
meningkatnya beban transportasi, lembur, dll).
Manajemen pengendalian persediaan
1. Jika
persediaan terlalu tinggi maka
a) Biaya
penyimpanan tinggi
b) Biaya
bunga tinggi
•
Jika Investasi dibiayai Modal Asing è biaya
bunga
•
Jika Investasi
dibiayai Modal Sendiri è Opportunity cost
c) Biaya pemeliharaan di gudang tinggi
d) Kemungkinan
kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas, keausan.
e) Memperkecil
keuntungan perusahaan
2. Jika
persediaan terlalu kecil, maka proses produksi akan terganggu è
akibatnya :
a) Perusahaan
tidak dapat bekerja dengan full capasity, artinya: capital assets
dan direct labour tidak bekerja dengan sepenuhnya.
b) Penjualan
turun, akibatnya:
•
Perusahaan tidak
dapat memenuhi permintaan konsumen
•
Turunnya market share
•
Turunnya laba
Faktor-faktor yg mempengaruhi investasi dalam persediaan
1. Tingkat penjualan
Makin tinggi
omzet penjualan makin besar
investasi pada persediaan.
2.
Sifat teknis dan sifat
produksi
–
Produksi pesanan è persediaan
beragam & banyak
–
Produksi masal è persediaan bisa
diatur
3.
Lamanya proses produksi
–
Proses lama è BDP tinggi
4.
Daya tahan bahan baku dan produk
akhir
–
Barang tahan lama è persediaan
relatif tinggi
–
Barang tahan tidak lama è
persediaan relatif rendah
–
Barang musiman è persediaan
tinggi pada musimnya
5.
Lama pembelian &
pengiriman
Perkembangan
teori manajemen persediaan
1) Teori tradisional
•
Mengelola tingkat persediaan untuk memperoleh
keunggulan kompetitif
•
Memaksimalkan laba mensyaratkan perlunya meminimalkan
biaya yang berkaitan dengan persediaan
•
Memininalkan biaya penyimpanan = memesan dalam jumlah
kecil = intensitas pemesanan akan semakin sering dan meningkatkan biaya
pemesanan , sedangkan meminimalkan biaya pemesanan = menyimpan & memproduksi barang dalam
jumlah yang besar
•
Keseimbangan antara kedua hal ini membuat perusahaan
menerapkan kebijakan yg efektif dalam hal menyimpan persediaan
2) Teori EOQ (Economical
Order Quantity)
Penentuan Jumlah Pembelian Yang Ekonomis (EOQ) :
Suatu jumlah pembelian untuk memenuhi kebutuhan bahan
dalam satu periode yang mempunyai biaya persediaan paling rendah atau jumlah
pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan setiap kali pembelian.
Asumsi dalam Perhitungan EOQ:
• Pola pemakaian bahan baku tetap.
• Terdapat persediaan yang cukup di pasar bebas
• Terdapat tingkat harga yang sama dalam satu periode.
• Terdapat tingkat
biaya yang sama dalam satu periode.
Rumus
R = Jumlah (dalam unit) yang dibutuhkan selama satu periode (satu tahun)
S = Biaya pesanan setiap kali pesan.
P = Harga pembelian per unit yang dibayar.
l = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang (biasanya
dinyatakan dalam persentase dari nilai rata-rata dalam
rupiah dari nilai persediaan)
contoh
soal:
Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang adalah 40
% dari nilai persediaan di gudang. Biaya pesanan
adalah Rp. 15 juta setiap kali pesanan. Jumlah material yang dibutuhkan selama
setahun sebanyak 1200 unit dengan harga Rp. 1.000.000,- per unitya.
Ini berarti bahwa cara pembelian yang paling ekonomis
ialah pembelian bahan sebanyak 300 unit sekali pesanan, jadi kebutuhan material sebanyak 1200 unit selama satu tahun akan dipenuhi
dengan 4 kali pesanan @
300 unit.
PERHITUNGAN ECONOMICAL ORDER QUANTITY
Frekuensi Pembelian
|
1 Kali
|
2 Kali
|
3 Kali
|
4 Kali
|
6 Kali
|
10 Kali
|
12 Kali
|
Berapa bulan sekali pesanan
dilakukan
|
12
|
6
|
4
|
3
|
2
|
1,2
|
1
|
Jumlah unit setiap kali pesan
|
1200
|
600
|
400
|
300
|
200
|
120
|
100
|
Nilai persediaan
|
1200 jt
|
600 jt
|
400 jt
|
300 jt
|
200 jt
|
120 jt
|
100 jt
|
Nilai persediaan rata
|
600 jt
|
300 jt
|
200 jt
|
150 jt
|
100 jt
|
60 jt
|
50 jt
|
Biaya penyimpanan setahun (40 %)
|
240 jt
|
120 jt
|
80 jt
|
60 jt
|
40 jt
|
24 jt
|
20 jt
|
Biaya pesanan setahun
|
15 jt
|
30 jt
|
45 jt
|
60 jt
|
90 jt
|
150 jt
|
180 jt
|
Jumlah biaya semuanya
|
255 jt
|
150 jt
|
125 jt
|
120 jt
|
130 jt
|
174 jt
|
120 jt
|
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa biaya semuanya yang paling murah
pada pesanan sejumlah Rp. 120.000.000,-
pada pesanan sebesar 300 unit setiap kali pesan.
EOQ dengan Safety
Stock
•
Jika perusahaan menetapkan jumlah
minimum persediaan yang harus ada digudang (Safety Stock) maka jumlah barang
yang ada di gudang: = EOQ + Safety Stock
•
Setiap kali jumlah persediaan mencapai
Safety Stock maka perusahaan harus segera membeli sebesar EOQ
•
Persediaan digudang tidak pernah
mencapai nol
SAFETY STOCK :
Safety Stock/Iron Stock yaitu persediaan minimal yang harus ada untuk
menjamin kelancaran proses produksi akibat adanya kemungkinan kekurangan
persediaan (out of stock).
Adanya Safety stock/Iron Stock bahkan security stock sebagai
sumber inefisiensi. Oleh karena itu sebisa mungkin persediaan minimal jumlahnya
harus ditekan (seminimal mungkin)
Out of Stock bisa terjadi karena beberapa hal :
1. Penggunaan bahan dasar di dalam proses produksi yang lebih besar dari
pada yang diperkirakan sebelumnya.
2. Pesanan/pembelian bahan dasar tidak dapat tepat datang pada waktunya
(atau lead time tidak terpenuhi/tidak tepat)
EOQ dengan Safety
Stock
Dari contoh
perhitungan EOQ dimuka, hitunglah besarnya jumlah barang yang ada di gudang
bila ditetapkan safety stock sebesar 25:
Dari contoh
perhitungan EOQ di atas, hitunglah besarnya jumlah barang yg ada di gudang bila
ditetapkan safety stock sebesar 25!
= EOQ + Safety
Stock
= 300 +25 = 325
unit
Reorder Point (ROP)
• Reorder point adalah titik yang menunjukkan jumlah
barang yang harus ada di gudang, sewaktu perusahaan harus mengadakan pemesanan lagi, sehingga penerimaan material yang dipesan itu tepat waktu
dimana persediaan diatas safety stock sama
dengan nol
• Safety stock adalah batas pengaman persediaan yang
harus ada dalam gudang untuk menjaga kontinuitas produksi.
• Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
penentuan besarnya Reorder point adalah :
Ø Penggunaan selama tenggang waktu mendapatkan barang
(procurement lead time).
Ø Besarnya safety stock.
Rumus ROP
ü Reorder point = safety stock + penggunaan selama lead time
ü Reorder point = Prosestase tertentu dr. Safety
ü Stock +
Kebutuhan Lead Time
ü Lead
Time = Penggunaan bahan baku selama tenggang waktu mendapatkan barang.
3) Teori MRP (Manufacturing
Resources Planning)
MRP merupakan metode perencanaan dan penjadwalan
pesanan dan inventory untuk memperoleh material yang tepat dari sumber yang
tepat, untuk penempatan yang tepat, dan pada waktu yang tepat.
KOMPONEN MRP
• Jadwal Produksi Induk (Master Production Scheduling)
-
Perencanaan dalam skala total bersifat jangka panjang
yang kemudian dalam pelaksanaan nya dibuat secara lebih terperinci untuk
memenuhi kebutuhan jangka pendek.
• Struktur Produk (Bill Of Material / BOM)
-
Daftar komponen, data lengkap mengenai bahan baku, dan
urutan proses produksi yang diperlukan
untuk membuat atau merakit satu unit produk.
• Catatan Daftar Persediaan (Inventory Records File)
- Catatan tentang persediaan komponen digudang yang sudah dipesan. Catatan
ini harus salalu uptu date atas transaksi-transaksi yang terjadi seperti
penerimaan, pengeluaran, produk gagal, produk rusak, produk kadaluarsa untuk
menghindadi kesalahan dalam pemrosesan.
4) Teori MRP II (Manufacturing Resources Planning)
• MRP berevolusi menjadi MRP II (Manufacturing Resources Planning, yang
melingkupi faktor tambahan seperti perencanaan jangka panjang, master
schedulling, rough cut capacity planning dan shoop floor control. MRP I telah
memasukan unsur pengawasan dan pelaporan. Setelah MRP I perusahaan menyadari
bahwa banyak hal yang harus dipadukan antara lain keuangan, peramalan, sales
order, analisa penjualan, distribusi, quality control serta sistem pelaporan
dan pengawasan lebih lanjut.
• MRP II - Berdasarkan MRP - Metode terkomputerisasi untuk perencanaan
simultan terhadap semua sumber daya dalam sebuah perusahaan, meliputi
financials, manufacturing dan manajemen distribusi.
5) Teori ERP (Enterprises
Resources Planning)
Sistem ERP secara modular biasanya menangani proses manufaktur,
logistik, distribusi, persediaan (inventory), pengapalan, invoice dan akuntasi
perusahaan. Ini berarti bahwa sistem ini nanti akan membantu mengontrol
aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan,
manajemen kualitas dan sumber daya manusia.
Keuntungan penggunaan ERP
•
Integrasi data keuangan
Untuk mengintegrasikan data keuangan sehingga top
management bisa melihat dan mengontrol kinerja keuangan perusahaan dengan lebih
baik
• Standarisasi Proses Operasi
Menstandarkan proses operasi melalui implementasi best
practice sehingga terjadi peningkatan produktivitas, penurunan inefisiensi dan
peningkatan kualitas produk
• Standarisasi Data dan Informasi
Menstandarkan data dan informasi melalui keseragaman
pelaporan, terutama untuk perusahaan besar yang biasanya terdiri dari banyak
business unit dengan jumlah dan jenis bisnis yg berbeda-beda
• Keuntungan yg bisa diukur
Penurunan inventori, Penurunan tenaga kerja secara
total, Peningkatan service level, Peningkatan kontrol keuangan, penurunan waktu
yang di butuhkan untuk mendapatkan informasi
6) JIT (Just
In Time)
Persediaan
diperoleh dan dimasukkan dalam produksi tepat pada saat dibutuhkan. Sehingga tidak
ada persediaan mengendap digudang
Hal
yang dibutuhkan:
• Sistem
informasi persediaan dan produksi yang tepat
• Pembelian
dengan efisiensi tinggi
• Pemasok
yang dapat diandalkan
• Pengelolaan
yang efisien
BAB XV
INTERNATIONAL ACCOUNTING/INTERNATIONAL TRADE
EKSPANSI GLOBAL
MERUBAH PERSPEKTIF
- Perbedaan implikasi penghasilan karena pertukaran mata uang
- Praktek kredit yang berjalan kurang baik
- Perbedaan lingkungan bisis => budaya, hukum, politik, dan
ekonomi disetiap negara
PERAN AKUNTAN MANAJEMEN :
ü Menyediakan informasi yang relevan
kepada pihak manajemen mengenai proyeksi-proyeksi di negara tujuan
ekspansi, dari segi peraturan akuntansi, dan manfaat-manfaat lain yang akan
diperoleh perusahaan.
ü Mengerti peraturan kepabeanan dan memastikan terselenggaranya
penyimpanan data yang memadai dan mekanisme pengendalian internal yang berjalan
dengan baik.
INTERNATIONAL TRADE : Perusahaan yang menjalankan bisnis lebih dari satu
negara dalam suatu volume di mana kesehatan dan pertumbuhannya bergantung pada
lebih dari satu negara.
Peran MNC : mengimpor material dan / mengekspor produk jadi.
BENTUK-BENTUK INTERNATIONAL TRADE
1. Export Import
Ekspor adalah
melakukan penjualan produk perusahaan diluar negeri. Tidak harus memiliki
fasilitas produksi di luar negeri, produk akhir bisa langsung dikirim ke
peembeli.
Impor adalah
tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri,
dalam bentuk produk akhir maupun bahan baku yang akan diproduksi di dalam
negeri.
PAKTA PERDAGANGAN
Contoh :
• NAFTA (North American Free Trade Agreement)
• CAFTA (China-ASEAN Free Trade Area)
• Uni Eropa – Korea Selatan
• Inggris – negara-negara persemakmurannya
2.
Anak
Perusahaan yang dimiliki sendiri
Strategi membeli
perusahaan yang beroperasi diluar negeri dan menjadikannya anak perusahaan yang
dimiliki sepenuhnya oleh perusahaan induk.
Manfaat :
s Sudah memiliki outlet produk
s Fasilitas produksi
s Distribusi yang mapan
Contoh :
Ø Perusahaan Asuransi AIG membeli line divisi asuransi milik LippoBank
Ø Danone membeli Aqua Indonesia
Ø Perusahaan Singapore Technologies Telemedia membeli Indosat
3.
Joint
Venture
Sebuah jenis
kemitraan bisnis dimana investor menjadi bagian dari kepemilikan perusahaan.
Manfaat
s Perusahaan dapat saling menggabungkan kemampuan dan keahliannya.
s Sebagai manuver untuk menghadapi Undang-Undang yg berlaku di suatu
negara.
Contoh :
Ø Indonesia – Amerika dalam pengeboran
minyak di blok Cepu.
Ø
IBM dengan Toshiba dan Siemens
INTERNATIONAL TRADE RISK
• Resiko Transaksi
• Resiko Ekonomi
• Resiko Translasi / Akuntansi
Managing Transaction Risk
Fluktuasi nilai tukar mengakibatkan ketidakpastian dari operasional
perusahaan dalam area internasional.
Resiko transaksi mengacu pada kemungkinan bahwa transaksi tunai dimasa
depan akan dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar.
Managing Economic Risk
Meskipun sebuah perusahaan tidak berpartisipasi secara langsung terhadap
perdagangan dengan luar negeri, tetapi kondisi ekonomi dalam negeri akan
berubah seiring dengan perubahan nilai tukar mata uang nya terhadap mata uang
asing
Managing Translation Risk
Pencatatan ulang setiap transaksi oleh perusahaan induk dengan
menggunakan mata uang yang berbeda akan mengakibatkan perbedaan keuntungan dari
pencatatan yang dilakukan anak perusahaan di negara asal.
Hal ini menimbulkan perbedaan penilaian kinerja.
EVALUATING PERFORMANCE
• Faktor ekonomi
-
Organisasi dari sistem bank sentral
-
Stabilitas ekonomi
-
Eksistensi pasar modal, pembatasan valuta
• Faktor politik dan hukum
- Keefektifan struktur perundang-undangan
- Pengaruh kebijakan pertahanan
-
Dampak kebijakan luar negeri, tingkat kestabilan
politik, tingkat keterlibatan pemerintah dalam bisnis
• Faktor pendidikan
- Tingkat kemampuan baca tulis, cakupan jenjang pendidikan formal, sistem
pelatihan
-
Jenjang pelatihan teknis, mutu program pengembangan
manajemen
• Faktor sosiologis
- Sikap sosial terhadap industri dan bisnis
- Sikap budaya terhadap otoritas dan bawahan
- Sikap budaya terhadap produktifitas dan keberhasilan
-
Keragaman budaya dan ras
ETIKA DALAM LINGKUNGAN INTERNASIONAL
v Budaya dan Ekspektasi budaya
v Undang-undang lingkungan suatu negara
v Korparasi modern dengan etika
v Perusahaan multinasional harus menetapkan apakah kebiasaan tertentu
benar-benar suatu cara berbisnis yang berbeda atau apakah merupakan pelanggaran
atas kode etik berbisnisnya.